Pemuda Indonesia dijajah Melalui S3F3


Damrah Bimasal

Pemuda Indonesia sedang dijajah mindset-nya (pola pikir) yang berdampak pada mental dan perilakunya. Salah satu faktor penyebab yang prinsipil adalah modernisasi dan globalisasi yang terus menggerogoti kehidupan. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan modernisasi dan globalisasi yang menjadikan segala kebutuhan dan aktivitas menjadi mudah, singkat dan cepat, sehingga kita tidak lagi melewati proses panjang untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai keinginan. Di satu sisi modernisasi dan globalisasi berdampak negatif, contohnya: masuknya budaya barat tanpa ada sekat dan begitu mudah kita mengadopsinya, penggunaan digital dikalangan anak-anak untuk hal-hal yang tidak bernilai edukatif yang merubah mindset kearah yang negatif seperti hiburan yang diluar batas norma agama sehingga terjadi pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap perempuan, gaya hidup kebarat-baratan, lebih tertarik duduk ngopi atau makan di KFC, McD, Starbuck, Sevel dan sejenisnya yang jelas-jelas milik orang Asing ketimbang di warung kopi atau rumah makan milik saudara sendiri (milik pribumi). Kalau barang dan jasa itu ada di Indonesia dan produk negeri sendiri kenapa mesti membeli atau menggunakan produk Asing, kecuali tidak ada di Indonesia. Mulai dari komoditas kecil kita import, seperti garam, gula, tomat, cabe, bawang dan komoditas besar semuanya import. Bagaimana bisa membangun dan memperkuat ekonomi rakyat kalau semua komoditas kita import, hanya pelacur saja yang tidak di-import oleh pemerintah. Tanpa kita sadari ketika membeli/mengkonsumsi barang/jasa milik Asing artinya kita memperkaya Negara Asing.

Budaya Barat begitu mudah masuk ke Indonesia dan begitu cepat kita mengadopsinya terutama anak muda tanpa menyadari bahwa orang Asing sedang menjajah mindset dan mental kita untuk mencapai misinya melalui S3F3: Sex (seks), Song (Lagu/hiburan), Style (gaya hidup) dan F3 Food (makanan), Film (film/sinetron), Fashion (pakaian).  Anak-anak sekolah yang masih duduk di bangku SD-pun sudah pandai mengoperasikan Handphone, akses internet untuk mencari hiburan berupa games dan mereka lebih tertarik main games daripada belajar atau mengaji bagi yang muslim,  bahkan ada yang melawan orang tua karena merasa diganggu ketika asyik main games. Ini baru bagian kecil dari dampak negatif modernisasi dan globalisasi, masih banyak lagi yang lain.

Lagi-lagi sekarang yang menjadi bahaya laten setelah Korupsi adalah penggunaan Narkoba yang tidak mengenal usia. Dalam hal ini Pemuda harus partisipasi aktif dalam memerangi bahaya Narkoba, tentunya bersama pemerintah/stakeholder dan masyarakat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melawan kejahatan Narkoba, salah satunya seperti yang sedang digarap oleh Korps HMI-Wati Pengurus Besar Himpunan Islam (KOHATI PB HMI) kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) yaitu melakukan sosialisasi bahaya Narkoba dikalangan siswa, mahasiswa dan pemuda di 187 Kohati Cabang yang ada di Kota/Kabupaten seluruh Indonesia. Insya Allah agenda ini akan dilangsungkan pada pertengahan bulan September 2015 secara serentak dalam rangka memperingati Milad KOHATI yang ke-49.

Pemuda sebagai tumpuan harapan masyarakat Indonesia harus partisipasi aktif dan mendorong pemerintah/stakeholder dalam membangun bangsa ini, bukan hanya mengkritik keburukan pemerintah dan terlena dengan kemewahan dan kesenangan sesaat. Kita sebagai tulang punggung bangsa harus sensitif terhadap dinamika sosial sebagai bentuk pengabdian pada nusa dan bangsa. Di pundak kitalah masa depan bangsa ini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.