Desa Ujung Aspal, Makmur Tanpa Signal HP

Kepala Desa Campa, H. Mansyur
Samada Pos, Kabupaten Bima – Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang baik serta kemakmuran masyarakatnya, ternyata tidak menjamin infranstur dan suprastruktur memadai. Buktinya salahsatu wilayah terpencil yang ada di Kabupaten Bima, hingga kini ruas jalannya belum diaspal. Bahkan ironisnya belum memiliki signal hand Phone (HP) atau Base Transceiver Station (BTS).

Desa yang dimaksud dalah desa Campa kecamatan Madapangga kabupaten Bima. Jarak antara desa ujung aspal wilayah bagian selatan ini dengan pusat kecamatan sekitar 8 kilometer. Hanya saja sepanjang 5 kilometer jalan belum diaspal, sementarara 3 kilometer sisanya kondisinya rusak parah dan berlubang.

Berdasarkan data tahun 2015, jumlah penduduk desa Campa sekitar 4.100 jiwa. Sementara luas area pertanian (sawah) mencapai sekitar 210 Hektar.  Warga desa setempat hampir 99 persen bertani dan berladang. Sedangkan sisanya berdagang dan kuli  bangunan.

Akan tetapi meski jumlah penduduk tidak sesuai dengan besar ladang sawah. Warga setempat hanya bertani di luar daerah seprti di Sumbawa dan Dompu. Namun hasil prdouksi padinya akan dibawa dan ditampung di desa setempat, sehingga desa ini terkenal dengan lumbung padi terbesar di Kabupaten Bima.

“Kalau musim panen sawah seperti ini, desa akan sepi, dan tidak akan terlihat aktivitas warga, karena kebanyakan mereka berada disawah. Baik yang ada di Campa maupun diluar,” kata Kepala Desa Campa, H. Mansyur.

Selain itu, desa yang ujung selatan kecamatan Madapangga ini sangat damai dan aman. Masyarakat hidup berdampingan. Pemuda yang putus sekolah banyak yang menjadi TKI di luar negeri yang kebanyakan di Brunei Darusalam. Hasilnya untuk membantu keluarga meningkatkan taraf hidupnya.
 
“Hubungan Kekeluargaan masih kental disini. Anak muda sangat menghormati yang tua. Sementara yang tua menyayangi yang muda,” ucap Kades.
Jalan Menuju desa Campa belum diaspal

Kembali pada persoalan signal HP. Hingga saat ini permasalahan tersebut yang menjadi kendala warga setempat. Bahkan pada momen Pilkada dan Pileg pernah dijanjikan akan dibangun Base Transceiver Station (BTS) sebuah infrastruktu jaringan telekomunikasi.

“Bahkan kerap digunakan para politisi untuk memanfaatkan isu pembuatan tower itu untuk meraih suara,” jelas Mansyur, Kades dua periode ini.

Meski sejumlah Kepala daerah yang pernah memimpin Kabupaten, menyambangi desa yang dulunya memiliki bahasa sendiri selain bahasa Bima ini. Dan pernah menjanjikan akan memperbaiki ruas jalan dan membangun BTS. Namun hingga kini, tidak kunjung terealisasi.

“Sudah ada tiga orang Bupati yang berbeda datang ke Desa kami tapi belum kunjung memperbaiki juga jalan ini,” tuturnya.

Masyarakat Campa berharap banyak agar pemerintah daerah dan Provinsi secepatnya memperhatikan nasib mereka. Dengan membangun infrastrutur yang memadai. Yang bisa digunakan dan dimanfaatkan bagi masyarakat setempat.


“di Campa banyak anggota keluarga (anak, ibu dan bapak) yang merantau keluar daerah. Kalau mau melakukan komunikasi harus ke desa Woro. Desa tetangga yang jaraknya 5 kilometer guna menukann jaringan HP,” pungkasnya.(SP.02)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.