Wakil Walikota Tegaskan Bima Bukan Sarang Teroris
Wakil Walikota Bima, H. A. Rahman H. Abidin SE. |
Samada Pos, Kota Bima – Wakil Walikota (Wawali) Bima, H.
Arahman H. Abidin SE menegaskan bahwa Bima bukan sarang tumbuhnya paham
terorisme ataupun radikalisme. Bahkan dicap sebagai daerah zona merah yang
melekat hingga saat ini.
Menurutnya
Bima aman dan damai, terbukti pada saat digelarnya deklarasi anti terorisme dan
radikalisme di lapangan Serasuba Kota Bima, belum lama ini. Dihadiri tokoh
agama, tokoh masyarakat, pemerintah, pelajar dan seluruh masyarakat Kota Bima,
tidak ada perasaan diteror ataupun rasa takut.
“Tidak
ada Bima sarang teroris, semua masyarakat menolak aksi terorisme dan
radikalisme. Untuk itu saya tegaskan Bima damai. Bima aman dan tidak pernah ada
aksi pemboman,” ucap Wawali menjawab wartawan, Senin (26/7).
Dia
menjelaskan, deklarasi tersebut merupakan wujud ataupun sikap semua unsur dan
elemen di Bima untuk menunjukan secara nasional bahwa Bima aman. Bukan daerah
zona merah, menngingat deklarasi itu pertama kali digelar di Indonesia.
“Kita
ingin tunjukkan dimata nasional, jika Bima bukan zona merah. Lagipula hingga
saat ini saya pun belum tahu siapa yang mulai menyebutkan Bima sebagai daerah
zona merah,” jelasnya.
Wawali
mengaku, menghilangkan image Bima yang zona merah. Diperlukan kerjasama semua
pihak dengan menggelar deklarasi secara bersama. Hal itu tidak bisa disuarakan
oleh satu atau dua orang, karena justru tidak akan didengar.
“Bagaimana
agar didengar secara luas. Ya dengan mendeklarasi secara bersama menolak Bima
sebagai daerah zona merah dan sarang teroris,” akunya.
Untuk
mendeteksi secara dini pemahaman tersebut. Pihaknya akan membentuk kelompok
masyarakat mulai ditingkat rt/rw hingga Kelurahan serta menambah tunjangan
(insentif) ketua rt dan rw dalam rangka meningkatkan kinerja untuk turun
mengawasi dan mengawal warganya selama 24 jam.
“Mengurai
masalah ini, dibutuhkan kerjasama semua pihak dengan kolektif dan komitmen yang
tinggi,” tuturnya.
Selain
itu, dia juga telah memerintahkan tim anggaran daerah untuk mengalokasikan
bantuan anggaran pemberdayaan masyarakat. Bagi warga yang berada diwilayah yang
terindentivikasi menganut paham radikal.
“Kalaupun
para kelompok ini tidak menerima bantuan dari pemerintah. Kami akan menggandeng
kelompok-kelompok organisasi keagamaan untuk memberikan bantuan ini,” tuturnya.
Wawali
tidak mempermasalahkan soal rencana DPR RI yang akan menjadikan Bima, sebagai salahsatu daerah sampel dalam
rancangan undang-undang (RUU) tentang terorisme, yang saat ini tengah digodok
di tingkat parlemen.
“Sah-sah
saja, karena selain Bima. Daerah Poso dan Solo yang juga dijadikan sampel.
Karena daerah ini memang ada yang terduga bahkan tertangkap karena diduga
terlibat aksi teroris,” teranngya.
Dia
berpendapat, justru hal tersebut akan membawa pengaruh positif bagi Bima.
Karena anggota DPR RI ini akan menanyakan dan mendengar keluhan atau suara
masyarakat secara langsung.
“Dijadikan
sampel bukan berarti Bima zona merah,” pungkasnya.(SP.02)
Post a Comment