Kondisi Geografis, Sosial, Ekonomi Desa Parado Rato
Mafturrahman |
Desa Parado Rato, kecamatan
Parado, kabupaten Bima, terletak di wilayah ujung selatan kabupaten Bima. Secara topografis wilayah kabupaten Bima
sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi sisanya (30%) adalah dataran
rendah dan termasuk di dalamnya desa Parado Rato adalah dataran tinggi. Maka
tak heran penduduk di sini menggunakan bahasa Bima dalam komunikasi sehari-hari
nya dan berbeda dengan komunikasi masyarakat kota Bima yang menggunakan bahasa
Indonesia ala Bima, misalkan lagi di mana re (lagi di mana).
Mata pencaharian masyarakat
di sini bisa dibilang beragam. Meskipun
sebagian besar memilih untuk berhijrah ke kota-kota besar terutama
generasi muda yang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi baik negri maupun
sawasta diseluruh nusantara terutama peminat paling terbanyak memilih di daerah
kota Makassar, Mataram dan kota Bima.
Desa kecil ini telah banyak
melahirkan tokoh agama, politik dan pendidik ternama di kota-kota besar dan ada
beberarapa yang sudah meraih gelar doktor dan profesor sesuai dengan
bidangnya masing-masing dan yang
mengaggumkan lagi bagi kami, bahwa ada darah asli Parado Rato ini pernah
menjadi ketua Mahkamah Konstitusi (MK).
Adapun sebagian masyarakat
yang memilih menetap dan melaksanakan tradisi leluhurnya sebagai masyarakat
agraris yang agamais. Namun ketika musim panen tiba, perkerja yang biasa
dilakukan bisa mereka tanggalkan agar bisa ikut menjadi buruh tani (panen)
karena bagi mereka ketika panen tiba tidak hanya menjadi berkah bagi si pemilik
sawah namun juga bagi para buruh tani ini.
Maka setiap pagi di
pinggiran sawah sudah ramai orang yang kesawah atau orang kepercayaan pemilik
sawah untuk masuk kesawah dan itu pertanda bahwa mereka sudah boleh memangkasi batang-batang padi yang sudah
merunduk itu.
Bahkan ada yang memulai
memotong padi saat matahari belum muncul dan selesai bekerja hingga sampai sore
hari. Mereka mendapatkan dari setiap 25 kilo gabah yang didapat, mereka mendapatkan
5 kilo dari pemilik sawah.
Di desa ini penghasil padi
bisa dibilang terbesar di kabupaten Bima, padi menjadi barang yang bisa
dibilang sangat mudah, karena saat mereka membutuhkan uang bisa diolah melalui
penggilingan padi dengan mudah dan cepat menjadi beras lalu di jual. Desa kami
dilingkari oleh penggunungan, maka saya gambarkan saja kami hidup seperi
didalam bulan purnama. Beruntung bagi kami tidak terlalu kesulitan menempuh
jalan hendak menuju ke kota.
Walaupun desa kami terbilang
terpencil, namun kondisi jalannya tidaklah seburuk desa desa tetangga kami yang
ada di kecamatan Parado, seperti desa
yang terletak di lereng gunung yaitu desa Lere, jalan yang terjal penuh
bebatuan cadas harus mereka lalui. Sebab itu tidak heran masyarakat dari lereng
gunung hanya 1 sampai 2 bulan sekali saja mengunjungi kota kecamatan untuk
belanja kebutuhannya.
Saking begitu sulitnya
akses, ada semacam sindiran, katanya bagi para pengemudi yang biasa mengendarai
kendaraan di kota jangan coba-coba menempuh jalan kesana, walaupun mereka
begitu mahir berkendara di jalan kota kecamatan maupun kota bima, belum tentu
bisa menaklukan jalan kesana.
Masyarakat setempat berharap
agar pemerintah daerah kabupaten Bima agar bisa memperhatikan dan memperbaiki
infrastruktur jalan lintas Lere, karena bertahun tahun masyarakat kesusahan
menempuh jalan menuju kota kecamatan maupun ke luar kecamatan.
Penulis: Mafturrahman
Post a Comment