Poktan Binaan DKP Lakukan Pengiriman Perdana Bawang Merah



Ir. Heru Priyanto
BIMA, Media NTB - Rabu malam tanggal 14 Maret 2017 telah dilakukan pengiriman perdana bawang merah dari kelompok Tani binaan Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bima. Kepala DKP, Ir. Heru Priyanto, mengemukakan bahwa pengiriman perdana bawang merah sebanyak 7,7 ton adalah permintaan Toko Tani Indonesia (TTI) Center Jakarta untuk di pasok ke Jabodetabek.

"Pengiriman tersebut merupakan permintaan khusus Badan Ketahanan Pangan pusat untuk pengendalian harga bawang merah," ungkap Heru, seperti dilansir Kasubag Infromasi dan Pemberitaan Bagian Humas Protokol Setda Kabupaten Bima, Ruslan, S.Sos.

Menurutnya, pengiriman tersebut di luar program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) sebanyak 40 ton yang akan dilayani pada panen bawang periode April-Mei 2017.

“Mohon doanya mudah-mudahanan permintaannya akan berlanjut karena pengiriman tersebut merupakan sampel awal bagaimana pasar di Jakarta merespon terhadap bawang asal Kabupaten Bima," ujar mantan Kadis Perkebunan Kabupaten Bima ini.

Pada tahun 2017, program PUPM diarahkan pada komoditi bawang merah, dimana NTB mendapatkan alokasi 10 LUPM/gapoktan/poktan, setelah dilakukan identifikasi kelompok bersama tim pusat, provinsi dan kabupaten, maka ditetapkan delapan kelompok tani dari Kabupaten Bima, 1 dari Sumbawa dan 1 dari Lombok Timur. Kucuran dana untuk masing-masing LUPM (Lembaga Usaha Pangan Masyarakat) sebesar Rp160.000.000, sehingga total anggaran untuk Kabupaten Bima sebesar Rp1.280.000.000. Delapan Kelompok Tani Binaan DKP Kabupaten Bima adalah Poktan Dadi Bajo desa Rasabou kecamatan Sape, Poktan Panali 1 desa Rato kecamatan Lambu, Poktan La Peto desa Naru kecamatan Sape, Poktan Doro To’i Desa Sakuru Kecamatan Monta, Poktan La Cedo desa Keli kecamatan Woha, Gapoktan Mandala Desa Nunggi kecamatan Wera, Poktan Mangge Ampe Desa Monta Baru kecamatan Lambu, dan Poktan Sonco Koro desa Samili kecamatan Woha.

Melalui program PUPM diharapkan akan ada stabilitas pasokan dan harga pangan yang diperjualbelikan di jaringan TTI, meningkatnya posisi tawar petani, terbentuknya jaringan pemasaran bagi produsen/petani, kemudahan akses masyarakat terhadap pangan dan konsumen mendapatkan harga pangan yang wajar.(M.03)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.