Poros Pemuda Pembaharu Untuk KNPI Yang Lebih Baik


Juwaidin Ismail


Oleh: Dr. Juwaidin Ismail Kandidat Ketua DPD II KNPI Kabupaten Bima.

Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah dideklarasikannya NKPI pada 23 Juli 1973, semangatnya ialah kesadaran akan tanggungjawab pemuda untuk menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan potensi dalam mengisi kemerdekaan dengan tujuan menindaklanjuti pesan suci Sumpah Pemuda yang telah menggariskan kebutuhan keberhimpunan untuk menangani krisis multi dimensi yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan pemuda dan kepemudaan.

Maka keberadaan KNPI dewasa ini sejatinya sebagai pemersatu keberhimpunan pemuda dengan berbagai macam agenda pemberdayaan, sebab disadari bahwa KNPI adalah cermin relasi antara negara dan kaum muda, antara pemerintah daerah dengan pemuda, antara pemuda dengan angkatan muda dari elemen OKP yang berhimpun.

KNPI merupakan wadah berhimpunnya kaum muda yang memiliki fungsi sebagai wadah perjuangan pemuda, sebagai forum komunikasi dan penyalur aspirasi organisasi kepemudaan serta sebagai perekat kemajemukan pemuda. Pada prinsipnya KNPI adalah kawah candradimuka yang menjadi pusat pengkaderan pemuda untuk tetap menjadi mitra pemerintah yang kritis konstruktif pada misi pembangunan dan pemberdayaan pemuda.

Dalam menjalankan fungsi tersebut sesungguhnya KNPI dihadapkan pada problematika kepemudaan yang sedemikian kompleks.

Mulai dari masalah pendidikan, pengangguran, kemiskinan, korupsi, konflik horizontal, hukum tumpul ke atas tajam ke bawah, dan sederet masalah sosial kepemudaan lainnya. Hal ini diperparah lagi dengan kondisi internal KNPI yang harus dibenahi mulai dari kemandekan organisasi sebagai akibat dari kepengurusan yang nihil ide dan miskin gagasan.

Tersumbatnya komunikasi antar OKP dan ketiadaan pengkaderan kelompok potensial dari sumber daya OKP (diklat kewirausahaan, perencana DANA DESA), kevakuman bargaining position KNPI dalam membangun kemitraan, terjerembabnya angkatan muda pada pola_pola pragmatisme, dan terjebaknya “kita” pada besarnya hegemoni kekuasaan yang menggurati jiwa dan pola pikir kaum muda saat in.

Akibatnya, KNPI seolah organisasi figuran yang dimainkan oleh para lakon yang hanya tahu tentang kekuasaan dan menabung Rupiah dengan melepaskan diri dari kewajiban pemberdayaan potensi pemuda dalam agenda_agenda kepemudaan.
Merujuk pada masalah-masalah ini, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh aktivis KNPI dalam membangun kepemimpinan dan menentukan agenda strategis kedepan.

Pertama, KNPI sebagai wadah berhimpun kaum muda harus semakin mengembangkan sikap-sikap kepemudaan yang kritis, konstruktif, dan progresif, sekaligus menghindarkan diri dari sikap dan prilaku yang epigonistik.

Kedua, KNPI dituntut untuk tidak apriori terhadap elemen apapun baik pemerintah maupun berbagai dinamika ragam potensi kepemudaan terutama OKP.

Ketiga, KNPI harus tanggap terhadap realitas dan dinamika kepemudaan yang mulai jenuh dengan berbagai aktivitas yang monoton dan konservatif.

Keempat, KNPI perlu menyeimbangkan proporsi orientasinya baik orientasi politik, ekonomi maupun kultural. Jangan sampai KNPI terjebak dalam kepentingan-kepentingan pragmatis yang akan menyesatkan dalam orientasi gerakan. Pengalaman masa lalu yang menjadikan KNPI sebagai alat politik kelompok tertentu tdak boleh terulang untuk saat ini dan masa yang akan datang.

Kelima, KNPI harus segera kembali ke khittahnya sebagai wadah pemuda yang senantiasa dijaga dan diejawantahkan dalam program organisasi yang terukur, terarah dan solutif terhadap masalah-masalah kepemudaan.
Keenam, secara internal banyak problem KNPI yang mendesak dan harus segera dilakukan pembenahan sebagai jawaban logis dari dinamika internal maupun eksternal. Problem-problem inilah yang menjadi sebab mengapa KNPI terasa mengalami degradasi peran, meski metabolisme organisasi masih normal. Dengan demikian, kepemimpinan yang visioner dan agenda-agenda strategis harus segera di tata dengan baik agar proses regenerasi kepemimpinan yang bersih dan bermartabat akan segera terealisasi secara nyata.

Untuk itulah, pada momentum MUSDA tanggal 18 April 2017 yang akan datang haruslah dimaknai sebagai peristiwa penting yang tidak hanya mengganti dan menggeser tampuk kepemimpinan KNPI kabupaten BIMA, tetapi hal-hal fundamental di atas yang harus menjadi titik fokus gagasan sebagai agenda mendesak pasca MUSDA.

Karena KNPI sebagai mitra kritis pemerintah maka pertama, pamor KNPI harus lebih kritis dari gerakan mahasiswa dan OKP lain yang berafiliasi gress roat yang mengambil sikap kritis. Kedua, KNPI harus dapat merumuskan “posisi baru” yang mampu menawarkan gagasan cerdas untuk mengatasi masalah sosial kepemudaan kepada pemerintah dan sta ke holder lainnya. Jika tidak, maka KNPI hampir mirip dengan organisasi figuran yang dimainkan oleh para lakon yang terhegemoni oleh orientasi kekuasaan dan pragmatisme.

Akibatnya, kiprah KNPI kurang terlihat kontribusinya dalam pembangunan masyarakat dan pemuda. Sehingga tidak heran jika muncul pertanyaan publik “Apa prestasi besar dan hebat yang telah dilakukan oleh KNPI dalam mengakomodir kepentingan Masyarakat dan pemuda, mengapa masalah pendidikan, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, konflik horizontal narkoba, korupsi, hukum tumpul ke atas tajam ke bawah dan sederetan masalah yang menggurati sosial kepemudaan, bagaimana KNPI menghadirkan solusi-solusi yang konstruktif untuk pembangunan di bima?
Selama ini, gaung dan kiprah KNPI baru terdengar hanya ketika ada Musda, pelantikan, dan leha-leha seremonial yang tidak substantif. Pertanyaan_pertanyaan ini harus mampu dijawab oleh pengurus KNPI yang baru kedepan jika pengurus yang kemarin lalai dalam tugas, lunglai dalam fungsi, alpa dari tanggungjawab.

oknum yang diberi mandat untuk KNPI kedepan harus menjadi pembeda dari gaya orang-orang di KNPI “tempo dulu” yang cenderung diwarnai oleh mereka yang sepatu mengkilap dan ‘terkesan’ orang cerdas dan terdidik. Sedangkan Pemuda petani bawang merah, pemuda peternak bebek, pengusaha muda sukses, pemuda buruh marginal, pemuda ojek, akademisi genial nyaris tidak akan kita temukan di KNPI.

Gaya mentereng naik mobil mewah, baju kemeja rapi bukan kepalang, mengenakan jas kebesaran KNPI sebagai sebuah entitas, baligo kerap menyapa pejalan raya dengan senyum yang aduhai mempesona. Mereka ini adalah elit yang memang dekat dengan rakyat. Iya, rakyat kelas menengah ke atas. Bagaimana dengan rakyat miskin?

Belum tersentuh dengan program-program untuk pemuda yang tersebar pada 18 kecamatan di Kabupaten Bima, sehingga jangan kaget ketika pemuda petani bawang merah, pemuda ojek, pemuda sopir, pemuda nelayan, pemuda tenaga sukarela di sekolah hampir tidak kenal dengan KNPI.

Jarang sekali kita mendengar ada agenda program kerja KNPI yang menyentuh langsung pada pemuda yang disebutkan di atas. Kadang pengurus KNPI adalah para pemuda dengan gaya rambut mohawk (tirus) kelangit, sepatu mengkilap runcing, dan memegang smartphone merk terkenal di tangannya (Gagahnya bukan main).

Sementara program kerja KNPI hanya berkutat dari Musda ke Musda, acara dari hotel ke hotel, dan kegiatan lain yang sifatnya seremonial belaka yang hanya dihadiri oleh elit-elit pemuda gagah berdasi yang kontras dengan kondisi riil kehidupan pemuda dan persoalan kepemudaan. Jika begini modelnya, untuk apa dipertahankan kalau hanya jadi benalu bagi anggaran Rakyat?

Toh juga sudah ada organisasi pemuda seperti HMI, PMII, PEMUDA MUHAMMADIYAH SAPMA PP, sayap_sayap parpol, dan OKP lain yang eksis melaksanakan program_program kepemudaan sekaligus telah mewadahi potensi para pemuda, sebagai wahana aktualisasi karya dan gagasan, sebagai mitra pemerintah dalam mendukung kebijakan-kebijakan yang berpihak.

Dengan demikian, jika tidak ingin kekehilangan eksistensi, maka Musda DPD II KNPI Kabupatrn Bima kali ini, harus dapat menjadi momentum penting yang tidak hanya dipakai sebagai ajang menggeser dan mengganti pengurus.

Melainkan digunakan sebagai pintu masuk melahirkan gagasan konstruktif untuk membenahi masalah internal dan melahirkan para pemimpin yang berorientasi pada cita_cita pemberdayaan, bukan cecunguk yang hanya tahu kekuasaan dan lihai menabung Rupiah, sebab KNPI bukan rumah potong hewan, bukan pula kediaman para pencari rente, bukan juga tempat berhala para pendoa yang tidak ingin peras keringat untuk pemuda dan kepemudaan.

Mari Bung, BERGABUNG...!!!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.