Asisten II Hadiri Peluncuran Buku Karya Putra Daerah Bima
BIMA,
Media NTB - Asisten II Setda Kota Bima Bidang Pembangunan
dan Perekonomian Dr. Ir. H. Syamsuddin, MS, menghadiri acara peluncuran buku
sastra karya putra daerah yang dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Kota Bima di
Paruga Nae pada hari Selasa, 2 Mei 2017. Hadir anggota DPRD Kota Bima H. Anwar
Arman, SH.
Buku sastra yang diluncurkan
sebanyak 4 judul, yaitu: (1) Menolak Menjadi Manusia Palsu tulisan Dylla Lalat;
(2) Penenun Matahari tulisan S. Smada; (3) Sais tulisan Asikin Rasila; serta
(4) Kabar Dari Teluk yang merupakan kumpulan tulisan 8 orang penulis.
Asisten II secara khusus
memberikan apresiasi atas kepedulian Dewan Kesenian Kota Bima terhadap sastra.
Karya sastra memiliki pesona tersendiri. Sastra erat kaitannya dengan
pelestarian seni budaya dan bahasa. Dengan membaca sastra, kita dibiasakan
untuk kembali akrab dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. “Bukan bahasa
gaul yang banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya anak muda, saat ini”, kata
Asisten II.
Ia mengajak masyarakat untuk
kembali mencintai buku. Untuk mengurangi memandang layar televisi, namun
kembali mengarahkan wajah pada lembaran-lembaran buku.
Selain melestarikan bahasa
yang baik dan benar, sastra juga mengajak kita mencermati gejolak sosial. Karya
sastra dapat membukakan mata pembaca untuk mengetahui realitas sosial, politik
dan budaya dalam bingkai moral dan estetika. Dengan pemahaman yang lebih
mendalam terhadap kondisi sosial, kita harapkan bisa menggerakkan semangat
untuk berbuat bagi lingkungan.
“Dewan Kesenian Kota Bima
selama ini sudah melaksanakan peran sebagai pelestari budaya dan adat Bima.
Harapan kita kedepan adalah, Dewan Kesenian serta berbagai sanggar budaya yang
ada di Kota Bima bisa menggugah kaum muda agar semakin banyak yang terlibat
dalam kegiatan pelestarian budaya dan adat Bima”, ujar Asisten II.
Pemerintah Kota Bima sendiri
sekarang semakin gencar mengadopsi nilai-nilai lokal dalam perencanaan
pembangunan, misalnya memasukkan unsur “bunga satako”, “nggusu waru” dan “uma
lengge” dalam berbagai desain arsitektur, mulai dari Niu, Lawata hingga
rancangan masjid terapung Ama Hami.
Upaya pemerintah ini harus
berjalan beriringan dengan peranan masyarakat. Peran masyarakat tak hanya
berupa peran pasif, tetapi juga peran yang aktif seperti selalu melakukan atau
mengikuti acara-acara adat dalam rangka melestarikan budaya asli yang menjadi
ciri khas kita.(H/M)
Post a Comment