Anak Berkarakter Hanya Bisa Dibentuk Oleh Orang Tua Berkarakter
Oleh: St.
Nurbayan, M.Si
|
Pendidikan di sekolah telah mempersiapkan
kurikulum 2013 dengan tujuan untuk membentuk karakter anak-anak bangsa,
kemudian guru ngaji di masjid telah
mengajarkan anak-anak dengan pelatihan prakter sholat dan melantungkan ayat-ayat suci
Al-qur’an dan memberikan contoh teladan yang sesuai dengan syariat islam,
pemerintah dan masyarakat mengadakan kegiatan sosialisasi atau seminar-seminar
tentang stop narkoba atau deteksi dini untuk menyelamatkan generasi penerus
bangsa, kemudian aparat negara baik polisi maupun POLPP yang hampir setiap hari
dicetak oleh negara dengan tujuan untuk membentuk generasi bangsa ini, tetapi menjelang bulan Ramadhan tahun 2017 terlihat dari koran Radar
Tambora yang dipublikasikan 12 Mei 2017 bahwa dari hasil Operasi Penyakit
masyarakat yang diawali oleh Wakil Walikota Bima dan Kapolres terlihat 3.684
botol bir bintang, 222 liter sofi, 108 liter brem, 25 botol bir hitam dan
20.000 papan tramadol yang dimusnahkan oleh aparat. Namun program pemusnahan
miras, tramadol atau narkoba ini mungkin akan membuat masyarakat menghentikan
narkoba, namun itu hanya sementara, karena besok atau lusa akan diulangi lagi
disebabkan mereka ketagihan karena sebelumnya telah mengkonsumsinya
berkali-kali.
Terbukti
sekarang hampir semua media yang menggambarkan tentang keadaan anak yang
mengkonsumsi tramadol dan narkoba, dan bukan hanya dikonsumsi oleh orang
dewasa, tetapi anak yang statusnya siswa kelas 6 Sekolah Dasar telah mengenal tramadol,
begitu pula dari gambaran mahasiswa PPL STKIP Bima yang selama melakukan PPL
sebanyak 2 bulan di SLTP salah satu sekolah yang cukup disiplin di Kota Bima bahwa siswa laki-laki sering memegang payudara teman siswa perempuannya
dengan cara sepontan setelah selesai minum tramadol, kejadian ini diruangan sekolah saat tidak ada gurunya, namun siswa perempuan tersebut malu untuk
melaporkan pada gurunya, kemudian teman-temannya takut ikut campur karena
diancam. Hal semacam ini sangat sulit terdeteksi lebih awal oleh pihak aparat
atau pemerintah untuk membentuk
karakter anak bangsa. Kemudian dibulan suci yang mengharapkan semua manusia untuk merenungi kekhilafannya, menjalankan
ibadah siang dan malam, namun momen bulan Ramadhan bukan beribadah, namun
mereka begadang mabuk-mabuk dan teriak-teriak membangunkan masyarakat untuk
sahur sebelum waktu makan sahur, dan disiang hari mereka tidak menjalankan
ibadah puasa, seolah-olah anak-anak tersebut tidak punya orang tua.
Karakter anak tidak bisa sepenuhnya
diserahkan kepada pihak lain dan hanya orang tua yang berkarakter yang bisa
membuat anak-anaknya berkarakter. Kenapa demikian?
Sepulang
kerja karena pada hari minggu atau hari
libur, bapak main remi di pos jaga bersama temannya, iseng ganggu perempuan
saat lewat di depan rumah, ingat.. ! mereka katanya iseng. Tetapi iseng inilah
yang kemudian akan ditiru oleh anak-anaknya dilain waktu, pada awalnya anaknya
juga iseng, namun lama-lama serius menjadi judi, narkoba bahkan berani melaukan
seks bebas.
Selain
itu, bapak dan ibu masuk rumah lupa bawah salam, suatu waktu bapak atau ibu
marah sama anak-anak kenapa tidak bawah salam, maka anak menjawab bapak sama
ibu juga masuk rumah tidak bawah salam, kemudian orang tua sangat rajin
menyuruh anak sholat tetapi tidak menarik tangan anaknya untuk sholat bersama
karena ternyata orang tua tidak sholat, melarang anak rokok, namun dirinya
tidak berhenti merokok, melarang anak melawan orang tua, namun kalau bertengkar
sama isteri didepan anak-anaknya dengan bahasa semau gue, hebat..! kan suami
penguasa yang harus ditakuti.
Kemudian
ketika anak bermain dengan teman di tetangganya, lalu pulang bawah mainan
temannya dan orang tua mengetahui bahwa mainan itu bukan punya anaknya, namun
karena khawatir anaknya nangis, maka mainan itu akan setelah anaknya tidur atau
lupa pada mainan tersebut. Sikap ini jangan dianggap sepele, karena anak ini
akan mengulangi kebiasaanya sampai umurnya remaja atau dewasa bahkan berani
mengambil milik orang lain yang kata kasarnya mencuri
Katika
anak ditahan polisi karena narkoba atau mencuri sepeda motor atau, yang
semacamnya, maka orang tua dengan cepat mencari uang bahkan berani ambil
rentenir untuk biaya tebusan supaya anaknya bebas dari tahanan polisi. Cara itu
membuat anaknya untuk terus melaukan pelanggaran dengan berpikir ada bapak dan
ibu yang menebusnya lagi dilain waktu. Kalau anak menangis atau ditabrak motor
atau sepeda main dijalanan, maka yang disalahkan adalah isteri atau ibu,
padahal kejadian itu saat bapak juga ada dirumah, harusnya bapak juga
disalahkan, bukankah anak itu adalah anak bersama? hal ini juga akan membuat
anak tidak menghargai ibunya, karena berpikir ada bapaknya yang memarahi ibu.
Selain itu sangat sering menjuluki anak dengan anak setan, anak anjing, bahkan
berani mengatai anak babi, padahal kalau anaknya babi atau anjing atau setan,
berarti orang tuanya apa? Luar biasa…! Tidak diherankan dalam masyarakat ada
banyak anak setan, anak anjing juga anak babi.
Hanya
orang tua berkarakter yang dapat memperhatikan hal seperti itu untuk
anak-anaknya. Mari kita bentuk anak-anak berkarakter sebelum dibentuk oleh
sekolah dan lingkungan masyarakat, karena ”Setiap anak yang
dilahirkan adalah fitrah, Tinggal kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
sebagai seorang Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”(HR.Bukhari). oleh karena itu sehebat apapun kurikulum dan strategi
pihak lain dalam membentuk anak berkarakter, mereka hanya bisa melanjutkannya hasil
pembentukan yang dilakukan oleh orang tua dirumah sejak dini.(**)
Penulis Adalah Dosen Pada Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima.
Post a Comment