Antara Cinta dan Kepentingan Status Sosial
Oleh: St. Nurbayan |
Cinta
merupakan perasaan yang muncul secara tiba-tiba, tanpa persyaratan, dia tidak
mengenal status sosial dan tidak pula mengenal kekurangan dan kelebihan serta
tidak mengenal kekayaan atau kemiskinan. Cinta muncul karena kenyamanan atau
kesepahaman yang menyenangkan dan dia tidak muncul karena kebutuhan atau
kepentingan. Selain itu cinta tidak muncul atas dasar karena terpaksa, tetapi
muncul karena keikhlasan tanpa mengharapkan balasan atau ganjaran serta
imbalan. Sebagai contoh cinta orang tua terhadap anak, walaupun anaknya berubah
menjadi jelek, walaupn anaknya membangka, walaupun anaknya pencuri atau
pembunuh, walaupn anaknya durhaka, walaupun anaknya sakit dan hilang satu
matanya, atau pincang karena ditabrak ataupun lumpuh karena sakit dll. Semua
itu tidak menghentikan cinta orang tua kepada anak-anaknya, dengan cintanya
orang tua bisa bahagia. Itulah cinta.
Rabiah
Al-adwiah yang mencintai Allah bukan karena takut akan api neraka, atau bukan
juga karena takut disiksa, bukan juga karena ingin dibalas oleh Allah dengan
harta dan kekayaan yang berlimpah atau pasangan yang ganteng dan tanpan, tetapi
dia mencintai Allah karena benar-benar tulus dan ikhlas tanpa persayaratan,
dengan cintanya Rabiatul Adwiah menjadi bahagia. Dari itulah dapat dipahami
bahwa cinta itu abadi dan yang tidak abadi adalah kepentingan status yang mengatasnamakan cinta, seperti:
1. Aku
akan mencitaimu tetapi kau juga harus mencitaiku,
2. Aku
akan mencintaimu tetapi kau harus ada disaat aku membutuhkanmu,
3. Aku
akan mencitamu jika kau melayaniku,
4. Aku
mencintaimu jika kau memiliki pendidikan dan titel yang tinggi, pekerjaan yang
mapan, atau kekayaan yang berlimpah
5. Aku
mencintaimu jika kau membelikanku pakaian, sepatu, emas, kendaraan atau rumah
mewah.
6. Aku
mencintaimu jika setiap perkataanku kau patuhi
7. Aku
mencintaimu jika setiap kesalahanku kau maafkan
8. Aku
mencintaimu jika kau bisa jaga penampilanmu dan jaga kecantikan dan
kegantenganmu.
9. Aku
akan mencintaimu jika aku diutamakan olehmu dari yang lain
10. Aku
mencintaimu, karena itu aku tidak merelakanmu bersama orang lain
11. Aku
mecintaimu walaupun aku bersama perempuan lain
12. Aku
mencintaimu andaikan kamu tidak mandul
13. Aku
mencintaimu jika semuanya harus atas ijin dariku.
Sejauh
yang terpikirkan, hanya ini yang terlintas dibenak saat menulis topik ini, bahwa
uraian tersebut bukan cinta tetapi ucapan untuk mendapatkan persyaratan dengan mengatasnamakan cinta demi kebutuhan
dan kepentingan status sosial.
Mencintaimu,
tetapi bukan berarti membutuhkan cinta mu, membuatmu untuk pergi dari
kehidupanku bukan berarti membencimu, tidakkah kau ketahui bahwa itu pelajaran
atas apa yang kau perbuat sebagai bentuk kepedulian cintaku. Jika kau
membenciku hanya karena kesalapahamanmu atas tidak adanya kesiapan cintamu yang
kau tidak pahami dalam dirimu, maka bersamalah dengan orang-orang yang kau
anggap memiliki cinta sejauh yang kau pahami, karena aku tidak membutuhkan
cinta jika cinta karena persyaratan atas
kepentingan dan kebetulan persyratan yang kau pentingkan ada pada diriku, jika
persaratan yang ada pada diriku hilang, maka cintamu akan hilang bersama
persayaratan itu. Sementara aku mencintaimu tanpa persyaratan, tanpa titel,
tanpa kekayaan, tanpa pekerjaan yang mapan. Itulah yang membuat kita berbeda
dan tidak mungkin cinta itu bersatu, cintaku tidak egois karena aku tidak ingin
memaksamu untuk berada dalam kehidupanku yang menurutmu berat untuk dijalani,
hanya karena cintaku. Cintaku membuat diriku menjalani jihatku tanpa
menyulitkanmu dan membahagiakanku. insyaAllah semua karena Allah..! apapun yang
kau buat bukan untukku tetapi untukmu yang engaku pertanggungjawabkan nanti
dihadapan Allah. Jadi kebencian harus dinafikan, karena itu akan membuatmu
menderita
Allah
Swt menguji umatnya dengan kesakitan, menguji umat dengan kehilangan atau menguji
umat dengan kematian anak dan anggota keluarganya, menguji umat dengan
kelumpuhan, menguji umat dengan kesulitan, menguji umatnya dengan kefakiran,
menguji umatnya dengan kehilangan kendaraan, kehilangan uang, kehilangan rumah
mewah, sebagai bentuk cintanya kepada umatnya. Sementara sedikitpun umatnya
tidak berfikir, jangankan mencintai Allah, bersyukurpun kepada Allah sama
sekali “tidak”.
Lalu
adakah cinta dalam sebuah rumah tangga yang katanya dibangun atas dasar cinta,
suka sama suka, sederajat dan seperjuangan, sampai semua manusia menyepakati
untuk menikah dengan perjanjian sakral atas nama Allah dan Agama Islam,
kemudian menjalani hidup rumah tangga untuk menjalankan sunah Rasul, karena
kata Rasul, jika tidak menikah maka bukanlah umatku. Itulah yang kemudian
menjadi patokan bagi manusia untuk berbondong-bondong menjalani pernikahan dan
berumah tangga karena khawatir hidup di dunia ini tidak termasuk umat nabi
Muhammad saw, namun bukan hanya itu, menikah dan berumah tangga bukan saja menjadi umatnya Nabi Muhammad,
tetapi tujuannya untuk menghindari diri dari segala perjinahan yang termasuk
jina mata, jina hati dan jina perbuatan. Berarti menikah bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan biologis atau seks tetapi harus dengan cinta, tanpa cinta yang
sepaham, maka fungsi keluarga akan terbengkalai, hanya dengan cinta segala
kesulitan akan mudah dijalankan dengan ikhlas.
Begitu
indahnya cinta, kemudian didalanya terdapat pesan-pesannya Rasulullah saw yang
dijalani sehigga bernilai ibadah untuk manusia yang dapat memahaminya sebagai
umat Rasulullah saw, karena dengan cinta manusia sepaham dan semitra dalam
menjalani rumah tangga bahagia, sakinah mawaddah dan warrahmah.
Berangkat
dari uraian tersebut dipahami bahwa realita hari ini sangat sedikit manusia
menikah karena cinta, sangat sedikit manusia menikah karena menjalani sunah
Rasul, sangat sedikit manusia menjalani pernikahan karena tujuan untuk
terhindar dari perjinahan agar bisa menjaga kemaluan-kemaluan mereka, karena
ada banyak manusia menikah harus menunggu wisudah atau sarjana dan
berpendidikan tinggi, harus PNS, harus anak dari keluarga kaya, harus matang
keuangannya dan pekerjaanya, harus sederajat, pengahsilannya menetap, harus
sehat, cantik dan ganteng. Katanya mereka saling mencintai, namun yang mereka
cintai adalah persayaratan demi kepentingannya status dalam masyarakat. Perjuangan
cinta yang diraihnya adalah memperjuangkan status sosial tersebut, sehingga
nanti ketika persyaratan itu punah karena bangkrut, sakit dan menjadi lumpuh,
atau yang perempuan menjadi mandul, atau yang laki-laki dipecat dari
jabatannya, maka bersama itu pula cintanya hilang, cintanya bangkrut, cintanya
mandul atau cintanya telah dipecat
bersama status yang dimiliki pasangannya.
Sobat
dan sahabatku… ! cinta adalah perintah Allah, namun yang dilarang adalah
memanfaatkan cinta atas nama kepentingan dan status sosial dalam masyarakat.(**)
Penulis Adalah Dosen Pada Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendikan (STKIP) Bima
Post a Comment