Harga Bawang Merah Anjlok, Massa HMI Anarkis di Kantor Bupati Bima
BIMA,
Media NTB - Unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bima di kantor Bupati Bima, pada
Sabtu siang (23/10/2017), berlangsung anarkistis.
Lebih dari 100 mahasiswa
yang menuntut anjloknya harga bawang merah itu mendobrak pintu gerbang utama
kantor Pemda tertimur di Pulau Sumbawa ini.
Selain mendobrak pintu
gerbang, massa HMI juga melemparkan bawang merah dan botol sisa obat obatan
jenis pestisida dan herbisida ke arah petugas satpol PP dan polisi yang berjaga
di dalam halaman kantor setempat.
Aksi anarkistis HMI bersama
petani bawang ini rupanya dipicu lantaran kekesalan massa karena tak ditemui
bupati Bima untuk menerima aspirasi mereka.
“Kami datang ingin
menyampaikan aspirasi rakyat, Bupati keluar temui kami,” teriak salah seorang
mahasiswa saat berorasi.
Sekitar satu jam melakukan
orasi secara bergantian, massa yang kesal akhirnya melampiaskan kemarahannya
dengan memaksa menerobos masuk ke halaman kantor pemerintah setempat.
Berhasil merobohkan gerbang,
massa kemudian berusaha masuk ke kantor pemerintah, namun dihadang petugas
Satpol PP dan aparat kepolisian dari polres Bima kota yang berjaga di belakang
pintu.
Aksi saling dorong pun
terjadi, hingga bawang merah dan ratusan botol sisa obat hama penyakit melayang
ke arah petugas.
Aksi brutal HMI ini akhirnya
surut setelah asisten II Pemda Bima, H Nurdin berhasil meredam emosi massa dan
berusaha menerima aspirasi mereka.
Koordinator aksi, Sahlan
mengatakan, saat ini petani mengalami kerugian karena harga bawang merah yang
anjlok dalam beberapa bulan terakhir.
Namun ia menilai, pemerintah
tidak memperhitungkan dampak melorotnya harga salah satu bahan pangan tersebut.
“Kondisi di lapangan,
rata-rata petani mengeluhkan harga bawang anjlok. Hal ini membuat petani
mengalami kerugian, karena biaya tanam tidak sebanding dengan hasil penjualan
yang didapat,” ungkap Sahlan.
Menurut dia, harga bawang
merah saat ini melorot sampai Rp 7.000 per kilogram dari Rp 9.000 per kilogram.
“Awalnya, harga stabil. Tapi
sekarang malah makin turun drastis. Petani juga mengeluhkan biaya tanam mulai
pupuk, bibit dan obat hama terus naik. Namun hasil panen dijual dengan harga
rendah,” kata dia.
Untuk mengatasi anjloknya
harga bawang, pemerintah didesak segera mengambil kebijakan guna menjaga
kestabilan harga salah satu tanaman unggulan di Bima itu.
“Petani di Bima ini banyak
yang rugi. Karena itu, kami hadir mendesak pemerintah segera menyusun regulasi
untuk menjaga harga bawang tetap stabil. Jika tidak, petani akan terus merugi,”
tutur Sahlan.
Menanggapi tuntutan
mahasiswa, Asiten II, H Nurdin mengaku akan segera menyampaikan aspirasi
pendemo ke bupati Bima.
Namun ia menyampaikan
permohonan maaf kepada massa aksi, karena pimpinan daerah saat itu sedang
berkunjung di kecamatan.
“Kami mohon maaf, Bupati
saat ini sedang berada di Woha. Tetapi, tidak perlu khawatir, saya akan
sampaikan aspirasi ini ke Bupati untuk ditindaklanjuti,” kata Nurdin.
Setelah menyapaikan
aspirasi, mahasiswa mulai membubarkan diri dan begerak menuju kantor DPRD
Kabupaten Bima untuk menyampaikan aspirasinya.(M)
Post a Comment