Bicara Energi, Kita Tertinggal Jauh dari Korsel
SEOUL,
Media NTB - Berdasarkan data dari International Atomic
Energy Agency (IAEA), hingga bulan April 2014, terdapat 435 unit pembangkit
listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dioperasikan oleh 31 negara, dengan total
kapasitas terpasang sebesar 372.751 MW.
Korea Selatan adalah salah
satu contoh negara yang menikmati dampak pemanfaatan energi nuklir bagi
kesejahteraan rakyatnya. Menurut data IAEA, industri nuklir telah menjadi
bagian integral pembangunan negara teraebut yang mengubahnya dari pengimpor
menjadi berorientasi ekspor. Tidak hanya itu, Korsel juga telah menjadi pemicu
inovasi teknologi dan pemacu pembangunan infrastruktur dan pendidikan.
Negeri ginseng ini memulai
pembangunan PLTN pada tahun 1978 dengan empat reaktor. Hingga saat ini, keempat
reaktor tersebut masih beroperasi. Reaktor tersebut menjadi yang pertama dan
terakhir yang dibangun Korsel dengan menggunakan teknologi dari Amerika.
Setelah itu, teknologi
nuklir negeri K-Pop tersebut dikembangkan oleh mereka sendiri. Bahkan saat ini
mereka telah mampu menciptakan jenis PLTN yang bisa diekspor ke negara lain.
Negara pertama yang menggunakan teknologi nuklir buatan Korsel adalah Uni
Emirat Arab.
Paparan tersebut disampaikan
oleh Kurtubi, anggota DPR RI Komisi VII dari Fraksi Partai NasDem, dalam
pertemuan Tim Pansus Sinas Ristek DPR RI dengan Dubes RI untuk Korea Selatan,
pada hari Minggu, (19/11), di Seoul, Korea Selatan.
“Proses industrialisasilah
yang mengantarkan Korea Selatan menjadi negara maju seperti sekarang.
Keberhasilan proses industrialisasi tersebut salah satunya ditopang oleh
listrik dari PLTN yang bertenaga besar dan stabil. Hal yang sama juga terjadi
di AS, China, Perancis, dan Rusia” terang Kurtubi.
Kurtubi juga menjelaskan,
pada tahun 1957, Bung Karno telah membentuk Lembaga Tenaga Atom, yang sekarang
berganti nama menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Artinya, kesadaran
akan pentingnya bangsa Indonesia menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai
(energi) telah ada sejak lama. Tapi sayangnya, hingga saat ini PLTN belum juga
dibangun.
“Jujur kita akui, jika
bicara soal energi, dengan menggunakan indikator ekonomi energi yang paling
dasar, income per kapita dan konsumsi listrik per kapita, kita sangat
tertinggal dari Korsel yang kemerdekaannya hanya berselang beberapa hari dengan
kita,” tutur legislator Dapil NTB tersebut.
“Di tengah tuntutan dan
kesadaran dunia untuk menggunakan energi bersih, dan demi menunjang kepentingan
bangsa untuk menjadi negara industri maju di tahun 2045, maka pembangunan PLTN
harus segera dimulai untuk menopang proses industrialisasi, sebagai prasyarat untuk menjadi Negara industri
maju,” tutup Kurtubi.(M)
Post a Comment