Banjir Bandang dan Politik Pencitraan
Menjelang bursa Pilakada
Kota Bima 2018 nanti, semangat para figure dalam melakukan politik jual tampang
di tengah masyarakat begitu menggebu-gebu. Praktis semua figure yang hendak
mengadu nasib pada bursa pemilihan kepala daerah kota bima tersebut seakan tak
mau kehilangan kesempatan, mereka berkeliling dari kelurahan yang satu menuju
kelurahan yang lainya untuk menebar azimat pada warga Kota Bima, tujuanya hanya
satu, merebut hati warga dan memenangkan pilkota bima 2018 mendatang.
Melihat dari apa yang dilakukan
oleh para figure bacalon walikota bima tersebut terbilang wajar, sebab saat ini
mereka sedang berada pada fase pertama yaitu fase penguatan modal social dalam
mencari dukungan warga kota bima, tentu saja, ini dimaksudkan untuk mencari
dukungan dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat kota bima, dan tidak
tanggung-tanggung, BANJIR BANDANG yang telah memporak-porandakan kota bima
menjadi kemasan politik mereka yang paling ampuh untuk mendiskreditkan
kekuasaan yang hari ini sedang berkuasa, maka tidak heran, ketika dalam setiap
kunjungannya ke kelurahan, para balon walikota tersebut menyampaikan ke warga,
bahwa bencana banjir merupakan kegagalan total dari pemerintah sekarang yang
sedang berkuasa.
Melihat gelagat yang
terjadi, seolah saat ini para balon walikota tersebut merasa diatas angin dari
balon Petahana (incumbent), mereka dengan gagah berdiri membusungkan dada
bertepuk tangan bahagia seraya bersenandung ria mengucap lantang "Kau
telah GAGAL dan saatnya kau BERHENTI".
Menarik memang mengamati
perilaku dari sosialisasi diri para figur balon walikota bima 2018 yg akan
datang, betapa tidak, bencana banjir pun dijadikan maskot isu yang paling
seksi, seakan-akan banjir bandang terjadi beberapa hari yang lalu merupakan
kegagalan dan dosa besar dari kekuasaan hari ini (incumbent), kondisi ini
semakin diperparah lagi dengan koment-koment dari para tim balon tersebut baik
di warung-warung kopi, lorong gang maupun media sosial, sasaranya tidak saja
pada aras pemilih mengambang, tetapi juga pada aras pemilih loyalis dari para
figur balon walikota, lebih-lebih kepada loyalis dari incumbent. Sementara
disisi lain, beberapa Partai pengusung saat petahana memenangkan Pilkada kobi
2013 yang lampau belum juga mengumumkan
siapa calon yang hendak mereka usung pada bursa pemilihan kepala daerah kota
bima 2018 nanti.
Dalam kacamata penulis,
terkait dengan bencana banjir kemarin, mungkin hanya sedikit masyarakat yang
sadar, bahkan juga banyak masyarakat yang sadar, sehingga ketika nalar dan
logika digunakan akan memunculkan pertanyaan kritis, benarkah bahwa banjir
bandang yang menerjang kota bima kemarin adalah akibat dari kesalahan dan dosa
Pemimpin yang sekarang sedang berkuasa ?? sehingga penguasa sekarang harus di benci dan di musuhi, padahal ketika
ditanya balik, pernahkan warga berpikir bagaimana keadaan kota bima dalam 6
tahun terakhir ini ? Seperti apa kemajuan dan capaian pembangunan yang pernah
dilakukanya?
H. M. Qurais dan H. Arahman
bukanlah sosok manusia super seperti Naruto dalam kisah manusia super film
kartun atau Prabu Angling Darma dalam kisah-kisah babat tanah jawa yang dapat
menahan derasnya banjir pada saat air bah menerobos semua sudut kota. H. M.
Qurais dan H. Arahman hanyalah seorang
manusia sederhana layaknya seperti kita, yang kebetulan terlahir dari keluarga
mampu dan merasa terpanggil jiwanya untuk mengabdi membenahi kota bima untuk
menulis namanya dalam kenangan sejarah.
Selain menyerang incumbent
dengan masalah banjir, ada juga sebagian dari figure balon walikota yang lain
berkata, senjata andalan dari incumbent yang paling pamungkas itu adalah jurus
menebar uang dan sembako untuk memenangkan pertarungan pilkada, mereka
beranggapan bahwa petahana (incumbent) bukanlah manusia jenius sehingga selama
berkuasa tidak banyak kebijakan yang dihasilkan, bahkan perda-perda yang mereka
hasilkan saat menjabat sebagai Walikota bima sangat sedikit, menurut para balon
ini, selama ini incumbent hanya melaksanakan kebjiakan dari Undang undang yang
pernah dibuat dan memastikan pelaksanaannya sesuai dengan semestinya.
Menurut penulis, menghadapi
pilkada kobi 2018 nanti, para figure balon walikota yang hendak mengadu nasib
pada bursa pilkada kota bima 2017 tersebut berpikir logis tentang apa yang
telah dilakukan oleh petahana yang sedang berkuasa sekarang ini, secara kasat
mata kita bisa melihat sudah banyak bukti keberhasilan dari kepemimpinan
incumbent tersebut, sebut saja misalnya, banyak pengangguran yang sudah
diselamatkan lewat berdirinya ruko-ruko Sepanjang jalan utama kota bima,
minimarket dan usaha niaga lainya seperti Bank-bank swasta yang sudah berdiri
megah, tumbuh suburnya usaha kecil menengah dibeberapa tempat utama jantung
kota bima seperti lapangan serasuba, manggemaci, ama hami, puncak doro
jatiwangi, convention hall yang menjadi pusat acara kebanggaan masyarakat kota
bima dalam berbagai moment penting dan seabrek keberhasilan lainya, lagi-lagi
menurut hemat penulis, dari berbagai pembanguna tersebut, sudah berapa banyak
keluarga masyarakat kota bima yang telah menikmati hasil dari pembangunan
tersebut, terutama para pelaku usaha ekonomi micro. Belum lagi kalau kita
melihat dari beberapa program pusat yang telah di datangkan ke kota bima
sehingga perubahan kota bima lewat pembangunan infrastrukturnya begitu pesat
kemajuannya.
Banjir sudah terjadi dan
kita warga kota bima telah menjadi
korbannya, itu tidak bisa dipungkiri oleh siapapun yang bernalar sehat dan
berpikiran cerdas, akan tetapi sangat bijak kiranya kita juga berpikiran
positive, bahwa jika bukan H. Qurais dan H. Arahman pemimpin kota bima,
kira-kira bagaimana kondisi dan keadaan kota bima saat ini, apakah arah
pembangunan dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan juga akan baik atau lebih
buruk bagi kemajuan kota bima yang sama-sama kita banggakan..?
Penulis:
Arman Albimaya
Post a Comment