Tradisi Pembuatan Tikar Daun Panda di Desa Kowo Mulai Hilang
Bima,
Media NTB - Aktivitas masyarakat Kowo kecamatan Sape kabupaten
Bima yaitu tradisi pembuatan tikar dari daun panda, bahkan daun panda ini
sangat memiliki manfaat untuk kebutuhan warga setempat, sehinggah kereativitas
ini telah menjadi budaya turun temurun.
Menurut Adhar warga setempat,
proses pembuatan pertama tikar daun Panda tersebut di iris dari pohonnya dan
dikupas durinya serta di jemur di sinar matahari, kemudian diguling sampai
halus, sehingga mnghasilkan warna putih.
Sebelum tikar ini dibuat
terlebih dahulu daun panda tersebut akan dibelah sesuai dengan ukuran tikar
yang ingin dibuat, ungkapnya Adhar pada pada media ini Sabtu, (09/06/2018).
Menurutnya pembuatan tikar
ini banyak versi dan rupa warna, sehinggah pembuat bisah memberikan corak sesuai
keinginannya dan akan menghasilkan keindahannya masing-masing.
Tikar dijual dengan harga
40.000 perlembar dengan ukuran panjng 5-6 meter, sementara yang ukuran yang
kecil 2-3 meter di jual dengan harga 30.000 Rupiah, katanya.
Adhar juga menambahkan bahwa,
kreativitas pembuatan tikar sudah mulai hilang serta pudar sekarang ini, karna
mengakibatkan pengaruh jaman yg tidak lagi condo terhadap budaya masyarakat
yang dulu, dan bahkan tidak lagi di kebangkan oleh masyarakat dan sama sekali
tidak ada generasi - kegenerasi yang baru yang akan melanjutkan tradisi
tersebut, dan dulu ini adalah tradisi bagi warga desa kowo dan desa buncu yang
berkembang.
"Tikar daun pand
tersebut bisa membuat nyaman masyarakat, dan hari ini didepan mata bahwa tradisi
ini sudah mulai hilang di kalangan masyarakat setempat, sementara permintaan
pembeli sangat banyak, dan serta di tawarkan dengan harga yang cukup
tinggi". Jelasnya.
Adhar berharap supaya tradisi
pembuatan tikar ini akan tetap di kebangkan lagi oleh masyarakat dan juga
generasi, Karna memang kebiasaaan ini adalah salah satu kreativitas atau budaya
yang menjadi turun temurun dari nenek moyangnya.(Mijin)
Post a Comment