Visi RELIGUS Dalam Bima RAMAH Antara ADA dan TIADA
![]() |
Penulis: Ardiansyah (Zangaji
Sape) Kordinator Nasional Poling dan Survei wilayah NTB
|
Masih ingatkah denga program
membumikan al-qur'an, jum'at khusuk dan jum'at mengaji di kabupaten bima dan
itu sebuah progran prestisius yang digagas oleh para pendahulu kita menurut
saya. Tetapi program itu terkikis akibat tidak ada keberlanjutan dari
pemerintah kabupaten bima saat ini.
Pada saat ini bupati Bima
HJ. INDAH DAMAYANTI PUTRI sangat jelas tertuang RELIGIUS dalam Visi besarnya
BIMA RAMAH, religius dideskripsikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam
beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya, toleran kepada penganut agama
lainnya dan mampu hidup dengan rukun.
Sementara tolak ukur religus
serta jabaran program pada pemerintah kabupaten bima yang mencerminkan atau
mewakili visi religius itu tidak nampak, 3 tahun kepemimpinan IDP tak kunjung
memberikan dampak positif terhadapa prilaku negatif khususnya kalangan pemuda,
bicara MTQ saya rasa dari jaman dulu program ini sudah ada dan memang tidak
bisah dipisahkan dari masyarakat bima bahkan indonesia secara umum yg mayoritas
islam. Bicara program pesantren sehari ini tidak lebih dari seremonial saja
sebab yang dibutuhkan adalah penanaman “NILAI” Religius itu sendiri.
Sesungguhnya menurut saya
religus dalam visi ramah ini adalah menanamkan nilai-nilai agama, dan
sopansantun sesuai dengan adab ketimuran kita. Yang dimana dalam kurun waktu 5
tahun terakhir mengalami degradasi mental yang cukup memprihatinkan dikalangan
anak-anak muda. Patut memang diapresiasi bahwa pemerintah kabupaten bima
memiliki niat untuk membangun kembali mental generasi muda bima lewat visi
religius walaupun hanya sebatas dalam cetak biru visi dan misi saja.
Penanaman nilai religius
tidak bisa dalam waktu sehari tidak bisa dengan memgandalkan program pesantren
sehari, penanaman nilai religus pada kalangan pemuda khususnya generasi mulai
tingkat PAUD SD SMP dan seterusnya haruslah dengan program – program yang
memang tepat dengan ruang yang tepat pula. Salah satu contoh saja kita punya
remaja mesjid sebagai pioner terdepan melakukan syiar agama kerja-kerja sosial
keagaman di tingkat pemuda yang langsung bersentuhan disetiap desa dan kampung,
kita punya Taman Baca Al-qur’an disetiap desa dan kampung kita punya pondok-pondok
pesantren diberbagai wilayah sekabupaten bima ini dan tentunya pemerintah
memberikan legalitas dengan peraturan yang jelas serta bantuan anggaran yang
jelas dan terarah. Sehingga penanaman nilai religus akan menjadi pondasi kuat
bagi generasi kedepannya.
Di satu sisi pemerintah
kabupten bima dibawah kendali HJ. INDAH DAMAYANTI PUTRI seperti kehilangan arah
dan kendali dimana belum memiliki skala prioritas pada bidang dan bagian mana
yang menjadi titik tolak pembangunan dikabupaten bima selama 3 tahun ini.
Pembangunan baik fisik
maupun non fisik yang monumental selama 3 tahun ini masih juga tidak nampak,
Religius yang diharapkan sebagai pondasi membangun mental dan karakter generasi
Bima hanyalah isapan jempol belaka. Wajar adannya ketika rakyat mempertannyakan
semua itu.
Rakyat haruslah kritis
berani mempertannyakan nasibnya kedepan kehidupan anak cucunya kedepan,
kaum-kaum kritis harus pula terlibat mengingatkan pemimpin agar lebih amanah
dan memprioritaskan rakyat.(*)
Post a Comment