NTB Kembali Diguncang Gempa, Santri Sedang Mengaji Meninggal
Lombok,
Media NTB - Seorang santri di Pondok Pesantren
Riyadussibat, Sidemen, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat bernama
Muhammad Khudori meninggal dunia. Remaja berusia 14 tahun itu meninggal
tertimpa reruntuhan bangunan saat sedang
mengaji.
“Anak saya terluka parah di
bagian kepala,” kata Khairul, ayah dari korban meninggal dunia yang ditemui
ketika sedang menangisi kematian anaknya di jalan raya depan Rumah Sakit
Angkatan Darat (RSAD) Mataram.
Ia mengatakan, anaknya yang
baru beberapa waktu duduk di kelas 1 MTs tertimpa reruntuhan bangunan saat
sedang mengaji.
Khairul sendiri mengangkut
anaknya menggunakan mobil warga ke RSAD Mataram dari pondok pesantren, yang
jaraknya sekitar 50 meter dari rumahnya.
Kondisi ayah dua anak itu
memprihatinkan. Ia muntah-muntah sambil menangis dalam kondisi kedinginan
karena hanya menggunakan sarung dan baju dalam.
Saat ini, mayat berada di
atas mobil ambulans yang terparkir di jalan raya. Tenaga medis rumah sakit
sibuk mengurus pasien yang kondisinya sangat serius.
Para pasien RSAD Mataram
diungsikan ke jalan raya dan lapangan kantor Gubernur NTB yang tidak jauh dari
rumah sakit.
Sementara Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, tsunami memang
terjadi di pantai tetapi kecil hanya setinggi 9-13 cm. Tsunami tidak
menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan.
Saat ini gempa susulan masih
berlangsung. Sudah 21 kali gempa susulan dengan intensitas lebih kecil.
Kerusakan akibat gempa terjadi beberapa
kabupaten. Seperti Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar
Sedangkan getaran gempa
dirasakan beberapa kabupaten dan kota. Yakni, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten
Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Badung, Kabupaten Mataram dan
Kota Denpasar.
Gempa bumi berkekuatan 7 SR
mengguncang Pulau Lombok dan Sumbawa, Minggu, pukul 18.46 Wita itu, dengan
pusat gempa terletak pada 8,3 Lintang Selatan, 116,48 Bujur Timur Kabupaten
Lombok Utara dengan kedalaman 15 kilometer.
Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan dini potensi
tsunami, namun beberapa waktu kemudian, berdasarkan perkembangan terbaru,
menyatakan peringatan tsunami itu berakhir.(IN/M)
Post a Comment