NTB Olah Sampah Dengan Sistem Black Soldiers



Mataram, Media NTB - Pemerintah Provinsi NTB saat ini sedang mengembangkan pengelolaan sampah dengan Ulat maggot atau belatung yang dalam bahasa Inggris disebut Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam).  BSF merupakan hewan yang berjasa dalam mengurangi volume sampah. Sistem ini merupakan upaya mengurangi sampah di TPA. Sehingga tidak menumpuk dan dapat dikelola menjadi pupuk kompos. Inti dari metode BSF sampah organic adalah mencacah terlebih dahulu kemudian di-“makan” oleh Maggot atau Larva (BSF) tersebut.



Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah mengapresiasi gagasan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Desa tersebut. "You can do whatever you want dan kami akan memfasilitasi dengan mengoptimalkan segala yang kita punya, kita ada UTS yang mengembangkan bioteknologi,” ungkapnya di Unit Pengolahan Sampah Organik BSF Lingsar, Lombok Barat, Kamis (8/11/18).



Lebih lanjut, Gubernur menegaskan dengan kemajuan bioteknologi kita menemukan cara yang sangat baik yang tidak menimbulkan efek negatif. Seperti pembudidayaan lalat yang mampu memakan sampah, kemudian ulat-ulatnya digunakan untuk peternakan, perikanan dan lain-lain.



Doktor Zul sapaan akrab Gubernur NTB berharap ke depan, gagasan ini memberikan inspirasi kepada seluruh kabupaten/kota agar dapat melakukan hal serupa sehingga masalah sampah tidak lagi jadi momok untuk kita semua.



Gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada yayasan Forest For Life, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebab apa yang telah dilakukan ini luar biasa. "Selamat kepada kadis LHK, dan mudah-mudahan hal seperti ini dapat ditiru oleh kadis-kadis yang lain. Selamat atas launching mudah-mudahan dengan kepedulian yang dalam dapat menghasilkan NTB yang gemilang ke depan,” pungkas Doktor Zul.



Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB Ir Madani Mukarom, melaporkan masalah sampah merupakan salah satu masalah utama di samping masalah lain seperti ilegal logging dan perambahan hutan.



Ia menyampaikan volume sampah di NTB setiap harinya mencapai 598 ton, terdiri dari sampah organik 60 persen dan anorganik 40 persen. Untuk itu, Pemerintah Provinsi telah membentuk 50 kelompok bank sampah di Pulau Lombok. Nantinya pada tahun 2023, pemerintah menargetkan 500 kelompok bank sampah tersebar di seluruh wilayah di NTB.



Sementara itu, ketua Yayasan Forest For Life, Prof Agus  Pakpahan menyampaikan, apabila apa yang sudah dikembangkan di NTB ini bisa berjalan maka akan bisa berdiri satu unit biokonversi di tiap desa. Ia pun mengucapkan terimakasih atas kesempatan kerjasama ini. "Semoga pertemuan ini jadi langkah implementasi yang baik ke depan, kami akan sangat senang jika kerjasama ini bisa berlanjut,” pungkasnya.



Turut hadir sejumlah Kepala OPD Lingkup Provinsi NTB, jajaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten/Kota se-NTB, Pengelola KPH se-NTB, serta pemuda pelopor peduli sampah. Usai seremonial, Gubernur NTB meninjau langsung lokasi pengelolaan sampah yang ada di sekitar lokasi acara.(M)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.