Tak Sadar, Warga Ini Duduki Kursi Kerja Gubernur NTB
Mataram, Media NTB - Jarum
jam pagi ini sudah menunjukkan pukul 08.00 Wita. Acara Jumpa Bang Zul-Ummi
Rohmi pun masih berlangsung. Masyarakat terlihat antusias mengangkat tangan
ketika dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan atau sekedar untuk curhat.
Namun,
pada saat acara itu berlangsung, sekitar 15 orang berlajan di belakang backdrop
Jumpa Bang Zul-Ummi Rohmi. Mereka tentunya menarik perhatian masyarakat bahkan
para pejabat yang mengikuti kegiatan itu. Namun, mereka itu tetap berjalan
menuju karpet bagian selatan arena kegiatan, yang memang sudah disediakan sejak
pagi.
Mereka
hanya menyaksikan kegiatan itu. Tidak ada yang angkat tangan, apalagi
mengajukan pertanyaan atau keluh kesah. Mereka terlihat sabar, melihat dan
mungkin bisa saja bertanya dalam hati mengenai kegiatan itu, hingga kegiatan
Jumpa Bang Zul dan Ummi Rohmi berakhir.
Setelah
sebagian besar masyarakat bubar, Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyahpun melihat
mereka yang rata-rata mengenakan sarung. “Gimana, apa yang bisa dibantu”? tanya
Gubernur. Belum sempat dijawab, karena jumlah yang banyak, Gubernur yang akrab
disapa Doktor Zulpun mempersilahkan mereka menuju ruang kerja Gubernur. “Belum
pernah masuk ruang kerja Gubernur kan?? Ayo kita ngobrol-ngobrol di sana,”
Ungkap Doktor Zul.
Tidak
menunggu lama, mereka yang dipimpin kepala dusunnya itu, langsung menuju ruang
kerja Gubernur. Awalnya mereka duduk dan menunggu Ruang Rapat Utama, Kantor
Gubernur. Namun, Doktor Zul mengatakan bukan di
ruangan situ. Tapi di ruang kerja Gubernur. Akhirnya mereka masuk ke dalam ruang kerja Gubernur
NTB, yang selama ini tidak pernah mereka bayangkan untuk berada di ruangan itu.
Saking
groginya, sebagian masyarakat melepas sandal ketika hendak masuk. “Ayo..masuk,
pake sandalnya,” Kata Gubernur. Meski terlihat canggung, belasan masyarakat
Desa Kute, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah itupun masuk dan bergegas duduk di
kursi yang selama ini memang disediakan untuk para tamu Gubernur.
“Ayo..ayo..silahkan duduk.” Kata Gubernur.
Semuanya sudah duduk, termasuk Gubernur. Namun kali ini, Gubernur tidak duduk
di kursi yang biasa ia tempati ketika menerima tamu. Doktor Zul mengambil
posisi sofa deretan bagian barat yang menghadap ke timur. Agar bisa berbaur dan
lebih dekat dengan warga yang menemuinya. Sebagian duduk di kursi dan
sebagiannya lagi lebih senang duduk bersila di lantai beralasakan karpet.
“Saya
duduk di sini aja. Biasanya gubernur duduk di situ,” Jelas Gubernur sambil
menunjuk salah satu kursi yang menghadap ke selatan. Sontak, penjelasan
gubernur itu membuat seluruh yang hadir tertawa dan sedikit kaget. Karena salah
seorang warga bernama, Lalu Wirantani yang datang menemui gubernur itu, sejak
masuk ruang telah duduk di kursi itu. Hanya saja, ia baru sadar kalau itu kursi
gubernur setelah dijelaskan Doktor Zul.
“Nggak
apa-apa, duduk saja di situ biar tau rasanya kursi gubernur,” kata Doktor Zul.
Suara tertawapun kembali terdengar di ruang kerjas Gubernur tersebut.
Setelah
semuanya duduk, Gubernur mempersilahkan warga itu untuk menyampaikan maksud
kedatangannya. Namun sebelum itu, gubernur tiba-tiba beranjak dari tempat
duduknya dan mengambil piring yang berisi pisang goreng, kemudian
menyodorkannya ke warga yang duduk. “Sila’..! diambil. Sambil makan-makan aja
kita ngobrolnya,” kata Gubernur sambil berjalan keliling membagikan pisang
goreng tersebut.
“Gimana”?
Tanya Gubernur kepada warga. Ketua Rombongan, sekaligus kepala Dusun di Desa
Kute, Mungkini, menjelaskan maksud kedatangannya itu.
“Terima
kasih banyak pak Gubernur. Kami tidak menyangka akan diterima di ruangan ini.
Ini merupakan kehormatan bagi kami. Kami terus terang tidak menyangka bisa
masuk di ruang kerja gubernur ini,” Jelasnya mengawali pertemuan itu.
Rupanya,
kedatangan warga yang berdomisili di salah satu kawasan wisata terbaik
Indonesia itu ingin menyampaikan permasalahan yang selama ini mereka rasakan.
Yaitu terkait tidak diizinkannya lagi mereka untuk beraktivitas jualan di
sekitar kawasan KEK Mandalika. Bahkan mereka mengaku, Pihak ITDC telah
mengeluarkan edaran yang bernada mengusir. Sehingga, hal inilah yang menurut
mereka tidak adil. Mungkini juga mengaku
kalau masyarakat di sekitar Kute itu mendukung pembangunan kawasan yang pernah
diresmikan Presiden Joko Widodo itu. Hanya saja katanya, masyarakat harus
diberi ruang dan mengambil manfaat dari pembangunan itu. “Bukan malah diusir,”
Katanya penuh semangat.
“Itu
saja”? Tanya Gubernur didampingi Kepala DPM PTSP Provinsi NTB, Lalu Gita
Aryadi. “Sebenarnya banyak pak Gubernur, tapi itu saja dulu,” jawab Mungkini.
Gubernur
Doktor Zul kemudian menjelaskan bahwa masyarakat harus diutamakan dalam setiap
pembangunan. Sebab, pembangunan apapun selama ini, itu dihajatkan untuk
kepentingan masyarakat. Tidak ada yang boleh dirugikan. Karena itu, Gubernur
akan membicarakan persoalan itu dengan pihak-pihak terkait, agar mendapatkan
solusi dan titik temu dari persoalan itu.
“Begini
aja, coba adakan kegiatan di desa sana. Nanti saya hadir bersama ITDC dan
pihak-pihak terkait,” Saran gubernur. Atas saran Gubernur itu, warga yang hadir
akan segara mengadakan kegiatan di Desa Kute.
Setelah
semuanya mendapat penjelasan, Gubernur meminta Kepala DPM PTSP, Lalu Gita
Aryadi untuk membantu dan mencatat keluhan warga tersebut. Sehingga,
masalah-masalah yang ada dapat segera diselesaiakan.
Wargapun
kemudian berpamitan pulang, ditemani Kepala DPM PTSP.(M)
Post a Comment