Golkar ‘Jalan Baru’ Politik TGB
![]() |
TGB Bergabung dengan Golkar |
Oleh: Mujamin Jassin, Pemerhati Politik
Meminjam
istilah seorang aktivis era 70-an Ahmad Wahib. ‘Jalan Baru’ adalah sebuah
manifesto gerakan intelektual yang memiliki karakter ‘profetik’ (kenabian).
Semangat kenabian yang bersumber pada pijakan nilai-nailai bertujuan agar
seluruh tindakannya jelas berpihak kepada kepentingan ummat. Bahwa pada
pokoknya merupakan suatu keniscayaan seorang tokoh dalam pengertian ideal akan
terus bergerak linear, dan cair secara alamiah menjadi laboraturium pemberi
pencerahan sekaligus harapan.
Perihal
itu yang paling mutakhir, Tuan Guru Bajang (TGB) yang memiliki watak ulama
besar sekaligus umaro bisa saja sebagai pembawa pesan (profetik) kenabian
tersebut karena mau memilih jalan baru atau menentukan pilihan warna
politiknya.
TGB
sebagai tokoh yang telah kenyang pengalaman berjibaku dalam alam politik negara
bisa saja tak perlu lagi merisaukan keadaan betapa paradoksalnya politik di
negeri ini. Mustinya usai tugas jabatan Gubernur dua periode lalu, terlebih
lagi setelah ‘dienyahkannya’ oleh partai Demokrat, TGB memilih jalan mematikan
mesin ‘berhenti’ dari hiruk-pikuk dunia politik.
Apalagi
sebagai ulama dan umaro yang disandangnya sangat cukup baginya untuk dapat
bebas keliling-keliling membarikan kajian agama, ceramah, dan tausyiah kepada
ummat yang jauh dari sekat polarisasi politik tertentu. Artinya apa? Perjuangan
tiada henti TGB ini patut di apresiasi. Dalam perspektif ikhtiar, TGB memilih
berlabuh ke Golkar sebagai tempat berjuang menciptakan sejarah.
Oleh
sebab itu, bergabungnya TGB ke partai Golkar menjadi peristiwa teramat penting
yang perlu di rekam oleh politik negara republik ini. Peristiwa ini mesti
dimaknai demikian langka, sebab ketokohannya yang melekat pada sosok TGB
tentulah hari-hari kedepan akan berdaya-guna banyak terutama dalam peningkatan
mutu politik nasional. Minimal setidak-tidaknya akan mendongkrak harkat
martabat kehidupan politik partai Golkar.
TGB EffectGolkar Melimpah
Keyakinan
saya, magnet TGB tak hanya sekedar berefek pada ada penambahan berlimpah Vote
GetterGolkar di Pemilu 2019 nanti, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB)
seperti juga yang di harapkan Airlangga Hartarto ketua umum partai Golkar.
Namun
lebih dari pada itu, TGB sebagai tokoh nasional yang memiliki kecukupan
kapasitas, selama berkiprah teruji integritasnya, perkara kelimpahan TGB effect
setelah ia menegasikan dirinya menjadi kader Golkar. Ada yang paling
fundamental selain kalkulasi ‘politik angka’ bertambahnya suara pemilih partai
Golkar. Adalah TGB hadir di Golkar tepat untuk mengisi ruang-ruang kosong.
Ruang kosong yang di hendaki ialah ruang kosong pengabdian melalui gerakan
membangun Indonesia dengan prinsip falsafah jalan tengah wasathiyyahatau
moderasi. TGB yang ber-fastabiqul khairata-kan akan menjadi sosok suri tauladan
bagi semua kader Golkar terutama. Dan tentu pada umunya ikhwal dapat
memengaruhi performa semua ummat untuk berlomba-lomba dalam politik kebajikan.
Selain
itu kelimpahan kebaikan TGB hadir di Golkar, sebagai sebuah jawaban atau obat
untuk bangsa Indonesia yang pluralis, bangsa yang multikulturalis yang
akhir-akhir ini sedang terkoyah, distorsif, tergerus, atau terjun bebas
harkatnya akibat energinya tersedot oleh politik yang membakar semangat
keagamaan yang ‘overdosis’ pada sebagian kelompok. TGB akan meringankan beban
atas persoalan itu, mampu menghidupkan kegembiraan berbangsa yang berkebhinneka
Tunggal Ikaan ini, maupun berpartai sehingga juga Golkar memiliki harapan baru
menggelorakan misi ideologinya.
Lantas
kelimpahan bagi TGB sendiri? suatu waktu bisa saja TGB berpeluang menjadi ketua
umum partai beringin. Simuliasi politik seperti itu demikian sangat beralasan.
Pertama misalkan karena pamornya TGB kian bersinar, atau sebab-musabab lain
misalnya di partai Golkar benar kebetulan sedang devisitnya stok tokoh sentral
seperti yang di ramalkan pengamat. Wallahualambisawab
TGB RethingkingPolitik Nilai
Di
tengah kenyataan peranan parpol sebagai penggerak kemajuan sosial yang sedang
memudar, kelumrahan adanya dikatomi parpol-parpol kini hanya menjadi tempat
berkumpulnya orang-orang yang bersiasat kekuasaan tanpa ketulusan. Dan fenomena
ketegangan politik yang berpotensi memicu konflik terbuka antar anak bangsa, di
tambah pula skeptisme, demoralisasi politisi yang kian tergerus karena
kehilangan panutan. Pada aspek itu, geliat positif TGB sebagai candera di muka
dapat berpernan lebih. Sisanya tinggal kemauan TGB dan Golkar untuk agar ada
refleksi serius apabila tak ingin negeri ini terjerumus dalam kesulitan yang
makin parah.
Membangun
keadaban politik, TGB harus menjadikan dirinya sebagai persemaian para tokoh
bangsa yang berkarakter kuat untuk bisa diteladani. Keteladanan TGB menjadi
pilar baru peradaban politik, baik itu dalam hal perjuangan maupun berpartai.
Sebagai
Ketua Koordinator Bidang Keummatan, jabatan struktural yang di bidanginya.
Keutamaan TGB di tunggu, pekerjaan rumah TGB di tuntut ciptakan sebuah langkah
nyata yang sifatnya energetik. Inilah juga sekaligus momentum bagi dirinya
mengilas balik sejarah kajayaan partai Golkar yang selama seperempat abad
menguasai jagad politik negeri ini. Dan jika giat, tahun 2024 maka tidak ada
yang mustahil TGB melejit bersama energi positif Golkar.(**)
Post a Comment