Kilas Balik Tiga Tahun Kepemimpinan IDP-DAHLAN di Kabupaten Bima
![]() |
Oleh: Ardiansyah (Zangaji Sape), Kordinator Nasional Poling dan Surfei NTB |
2016 silam, Hj Indah
Damayanti Putri-Drs H Dachlan M Noer dilantik dan memangku jabatannya. Sejak
2016, keduanya berkinerja untuk pembangunan Darah, baik memperkuat daya saing dan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bima. Dalam membangun daerah kedepan Hj
Indah Damayanti Putri-Drs H Dachlan M Noer tentu memiliki mimpi besar dan mimpi
itu tertuang dalam visi BIMA RAMAH sebagai penujuk jalan kemana arah kabupaten
bima sehingga mencapai tujuan yang benar dan terarah.
Visi Pemerintah Kabupaten
Bima “Terwujudnya Kabupaten Bima yang Ramah, yaitu Religius, Aman, Makmur,
Amanah dan Handal.” Visi pembangunan Kabupaten Bima tersebut diwujudkan melalui
5 (lima) Misi pembangunan :
1. Meningkatkan masyarakat
yang berkualitas melalui penerapan nilai-nilai religius dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat.
2. Mewujudkan masyarakat
yang aman tertib dan nyaman dengan mengedepankan penegakan supermasi hukum.
3. Meningkatkan kemajuan dan
kemandirian ekonomi masyarakat, dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan
pengangguran didukung tersedianya sarana dan prasarana berbasis tata ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup.
4. Meningkatkan kemampuan,
kejujuran aparatur pemerintah dengan mengedepankan rasa tanggungjawab melalui
tata kelola pemerintahan yang baik.
5. Membangun masyarakat yang
maju, mandiri, dan berdaya saing.
Apakah tiga tahun ini
IDP-DAHLAN bekerja dengan serius dan giat demi Kabupaten Bima yang RAMAH atau
sebaliknya, melempem tak berdaya. Kalau ditelisik lebih jauh banyak hal yang
belum kita rasakan dari visi dan misi IDP-DAHLAN selama tiga tahun ini.
Dari tahun ke tahun rakyat
Kabupaten Bima belum merasakan kesejahteraan hidup. Semua di karenakan
kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat di kalangan bawah. Akibat
kurangnya perhatian pemerintah, masyarakat pun ada yang terlantar. Sebenarnya
ada banyak hal yang harus pemerintah lakukan untuk rakyat. Contohnya di lihat
dari kemiskinan, kependudukan, pengangguran pendidikan, social, budaya, hukum,
dan lain-lain. Sebagai masyarakat kita sudah memberikan kepercayaan dan amanah
untuk pemerintah. Hanya saja perhatian pemerintah terhadap rakyatnya sangat
minim dan diselewengkan oleh pemerintah.
Mencari pekerjaan di sana
sini sangat susah. Hanya untuk membiayai pendidikan si penerus bangsa, orang
tua harus ekstra keras bekerja menantang ganasnya ombak lautan dengan perahu
tak berteknologi moderen, mengembalakan ternak di alam rimba tak bertapal batas
serta panasnya matahari dan ganasnya hama bawang merah dengan harapan harga
panen yang membumbung tinggi serta teknologi yang diharapkan datang dari
kecerdasan pemimpin justru jadi mimpi buruk rakyat petani kabupaten bima.
Masyarakat kalangan bawah saat ini hanya menunggu bukti dari pemerintah. Sampai
kapankah rakyat harus menunggu bukti itu? jawabanya tidak ada yang tau. Karena
dilihat dari kenyataan yang ada saat ini rakyat belum mengalami perubahan dan
belum merasakan hasil kinerja pemerintah dibawah kepemimpinan IDP-DAHLAN.
Sebagian masyarakat Kabupaten Bima yang setiap harinya bekerja dari pagi sampai
malam atau bahkan bertemu pagi lagi, mereka tidak pernah mengeluh walaupun
penghasilan yang didapat tidak seberapa dibandingkan fasilitas gedung
pemerintahan yang memakan dana sampai milyaran rupiah.
Reformasi Birokrasi yang
diagungkan ternyata belum dapat mencapai tujuan dan prinsip-prinsip reformasi
birokrasi. Alasanya sangat mudah ditebak, bukan programnya melainkan orangnya
atau individunya. Bahasa ‘keren’ nya, “not the governance but the government”.
Akibatnya, pelayanan publik yang belum transparan membuat kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah ‘anjlok’. Seharusnya, orang yang tepat berada di
posisi yang tepat dan memiliki pekerjaan yang tepat pula. Mari kita perhatikan
seksama penempatan pejabat! Ada seorang kepala dinas yang lebih dari 10 tahun
menjabat di dinas yang sama, ada pejabat yang tersandung kasusus korupsi masih
dipertahankan dan ada kepala dinas yang sebelumnya menempati kepala dinas
pariwisata di rotasi ke kepala dinas perhubungan. Apalagi pejabat publik yang
rangkap jabatan, bukankah begitu?
Peningkatan sumberdaya
manusia yang rligius melalui penerapan nilai-nilai agama lewat terobosan
program-program nyata masih sangat kurang, program-program yang berulang-ulang
seperti MTQ, jum’at khusuk semua itu menandakan kepemimpinan IDP-DAHLAN tidak
memliki kreatifitas penerobosan program. IDP-DAHLAN harus mampu merubah cara
pandang dalam merumuskan program penanaman nilai religius lebih khusus
dikalangan generasi muda, dunia pendidikan merupakan awal dari penanaman
nilai-nilai religius seharusnya IDP-DAHLAN membuat kebijakan yang terarah
didunia pendidikan sebagai pondasi generasi kedepannya. IDP-DAHLAN sebagai
pemimpin yang muslim seharusnya lebih banyak berpihak pada peningkatan kualitas
pedidikan pada pondok-pondok pesantren sehingga kedepannya menciptakan generasi
islami. Kebijakan IDP-DAHLAN harus juga mampu mendorong gerakan-gerakan islami
dilingkungan masyarakat mulai dari magrib mengaji di setiap mesjid langgar dan
mushola dengan memberikan insentif kepada guru-guru ngaji yang ada di
desa-desa.
Hampir setiap kebijakan dan
keputusan dilakukan tanpa kajian atau penelitian. Pun ada kajiannya, namun
kebijakan dan keputusan itu tidak mengacu pada kajian alias hanya sedikit saja.
Terkesan pemerintah membuat keputusan dan kebijakan dengan perasaan (emosi)
sesaat. Faktanya, kebijakan terhadap ekonomi mikro dengan di keluarkannya
peraturan bupati tentang pasar moderen dan memberikan ijin operasi kepada
retail besar (alfa mart) yang akan menggilas pasar tradisional dan toko-toko
rakyat kecil. Tidak ada kajian bagaimana meningkatkan sarana pasar
tradiniosnal, proteksi terhadap usaha kecil rakyat yang lebih efektif,
aplikatif dan ilmiah, sehingga menandakan kepemimpinan IDP-DAHLAN terkesan sembrawut
dan tanpa basis ilmiah.
Tiga tahun kepemimpinan
IDP-DAHLAN untuk bidang kesehatan masih banyak yang kelemahan mulai dari
pelayanan kesehatan di RSUD kabupaten masih sembrawut dan belum sangat
maksimal, fasilitas alat kesehatan dan gedung kesehatan mulai dari posyandu
hingga RSUD yang layak bagi pasien belum juga ada, ketesediaan obat hingga
ketersediaan dokter-dokter spesialis belum mampu diwujudkan oleh IDP-DAHLAN.
Berbagai persoalan bidang kesehatan mulai dari kepulangan pasien akibat tidak
memiliki biaya berobat hingga kepulangan mayat dengan ojek menjadi presiden
buruk dunia kesehatan kabupaten bima, serta ditandai dengan banyaknya pasien
yang merujuk berobat keluar daerah menandakan ketersediaan-keteresediaan bidang
kesehatan belum mampun diwujudkan IDP-DAHLAN.
Kelemahan tiga tahun
kepemimpinan IDP-DAHLAN bidang ekonomi adalah penciptaan industri pengolahan
hasil sumberdaya serta turunannya, penciptaan kebijakan ekonomi kreatif yang
belum juga terarah pada pengurangan pengangguran di daerah, menghadirkan
investasi bidang industri besar yang membuka lapangan pekerjaan serta sebagai
pendongkrak pendapatan daerah tidak juga kunjung ada. Kehadiran teknologi
industri dalam mempercepat produksi hanyalah isapan jempol, mempersiapkan
sarana pra sarana serta jejaring pemasaran hasil pertanian terutama bawang
merah tidak terwujud. BUMD sebagai market tidak juga kunjung optimal,
IDP-DAHLAN harus berani mengambil kebijakan merombak BUMD yang ada mereformasi
sistem dan kinerja BUMD sebagai market sehingga BUMD memiliki peran lebih dalam
pemasaran hasil panen dan akan menciptakan percepatan perekonomian dan iklim
pemasaran yang baik bagi hasil sumberdaya yang sudah di produksi. Infrastruktur
jalan sebagai salah satu syarat percepatan jalur transportasi hasil panen jugapun
masih kurang terlihat di desa mawu kecamatan ambalawi jalan yang menghubungkan
masyarakat dengan lahan pertaniannya yang kurang lebih puluhan kilo meter rusak
parah dan bahkan jembatan penghubung tidak ada, ini mengakibatkan sala satu
dusun di pedalam terisolir jauh dari kata maju apalagi berkembang.
Bagaimana mampu IDP-DAHLAN
mewujudkan mimpi membangun masyarakat yang maju, mandiri, dan berdaya saing
dalam waktu satu tahun kedepan?? Tentu jawabannya mustahil sebab masih banyak
pekerjaan rumah IDP-DAHLAN yang belum mampu dilselesaikan serta masih banyak
janji-janji politik IDP-DAHLAN yang belum terealisasi. Dalam menghadapi tahun
politik di 2020 kebijakan IDP-DAHLAN akan lebih banyak pada pencitraan politik
dibanding kebijakan yang berpihak pada masyarakat ini realitas politik alam
demokrasi kita, harapan besar apa yang akan kita titipkan lagi pada kedua figur
pemimpin ini?? Jika masih ada harapan masihkah rakyat menitipkan harapan itu??
Sementara di priode sebelumnya harapan-harapan itu hanyalah mimpi bagi rakyat
kabupaten bima.
Doa syukuran 3 tahun
IDP-DAHLAN menjadikan acara ini sebuah seremoni resmi mendoakan keterpurukan
kabupaten bima dalam kepemimpinan IDP-DAHLAN, pertannyaannya maukah kita
mendoakan keterpurukan daerah sendiri?? Renungkan dan dalami.....
Post a Comment