IDP-DAHLAN Tak Layak 2 Priode
![]() |
Penulis : Kordinator NaSpol, Ardiansyah (Zangaji Sape) |
IDP - DAHLAN 2 priode itu
hal wajar bagi pendukung dan loyalis.... Bukan soal asal umi senang
atau asal babe senang. Sebagai loyalis wajar menerikan 2 priode karena
persoalan dasarnya ada pada siapa dapat apa.
Tapi sebaiknya sebagai
loyalis harus mengedepankan pemikiran jernih untuk pembangunan daerah untuk
masyarakat kabupaten bima yang sudah memberikan pilihan untuk IDP-DAHLAN.
3 tahun merupakan waktu yg
begitu panjang untuk menata bima sesuai visi misi baik tingkat sosial, agama,
pendidikan, ekonomi serta sarana penunjang lainnya sebagai hasil dari buah
tangan pembangunan kepemimpinan IDP-DAHLAN untuk kabupaten Bima.
Apa Hasil dari 3 Tahun ini??
Kerangka pembangunan jelas
sudah tertuang rapi pada rencana-rencana kerja baik jangka pendek, menengah
maupun panjang tapi apa hasilnya??
Jonasi pengembangan
pariwisata misalnya, sarana dan prasarana apa sebagai penunjang dalam aktifitas
ini yg sudah ada?? Kawasan mana yg menjadi ikon pariwisata kab. Bima??
Perencanaan pariwisata tentu
ada plus minusnya hingga dalam melakukan penetapan sebuah kawasan yang akan
dikembangkan haruslah memgikuti kaidah perencenaan yang matang dan harus ada
satu kawasan yang memang menjadi prioritas untuk dikembangkan sebagai
pariwisata yang siap go internasional.
Jonasi pengembangan
pertanian sarana dan prasarana apa sebagai penunjang peningkatan mutu pertanian
dan pendapatan petani?? Sementara pengadaan bibit saja masih terjadi maling
teriak maling!!!
Pertanian apa yg menjadi
target pemerintah kabupaten bima?? Untuk kawasan pertanian itu dimana saja??
Serta sarana pendukungnya sudah di bangun sesuai rencana sebagai upaya
meningkatkan hasil produksi pertanian.
Jonasi pengembangan ekonomi
sarana prasarana sebagai penunjang percepatan perekonomian kabupaten bima
dimana?? Kota bima contohnya memiliki komplek pasar sebagai pusat perdagangan
masyarakat.
Kecamatan woha sebagai
wilayah sentra perekonomian yang representatif sejauhmana dibangun oleh
pemerintah kabupaten bima selama 3 tahun ini, sebagai ibu kota kabupaten
seharusnya pemerintah kabupaten bima sesegera mungkin mempercepat pembanunan
baik supra struktur maupun infrastruktor perkotaan baru bukan malah jalan
ditempat.
Perikanan dan kelautan,
pengembangan kawasan perikanan dan keluatan seduah sejauh mana?? Peningkatan
pendapatan dan keamanan nelayanan kabupaten bima harus juga di perhatikan bukan
sekedar pengadaan jaring pukat dan sampan yg ujung-ujungnya salah
peruntukkannya
Kawasan perikanan dan
kelautan tersebar dibeberapa kecamatan upaya pemerintah membangun sarana dan
teknologi tidak juga nampak terlihat, ini menandakan keberpihakan pemerintah
kabupaten bima nihil.
Jonasi industri pengolahan
hasil pertanian peternakan kelautan dan sumberdaya alam lainnya itu dimana??
Pabrik garam beryodium belum ada padahal garam kabupaten bima memiliki
sertifikasi nasional dan sampai saat ini petani garam masih mengeluh baik
teknologi maupun harga pasca panen ini aneh bukan??
Dimana letak jonasi
investasi perindustrian besar contohnya pabrik gula atau jaggung di kabupaten
bima??
Ekonomi kreatif yang di
banggakan dalam visi bima ramah sudah sejauh mana meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya???
Sejauh ini pemerintah
kabupaten bima dalam mengembangkan ekonomi kreatif belum berpihak buktinya
pemerintah kabupaten bima belum mampu membuka akses para pelaku ekonomi kretaif
untuk mengakses informasi dan bantuan-bantuan dari Badan Ekonomo Kreatfif
nasional serta keberpihakan anggaran daerah dalam upaya mendorong pertumbuhan
ekonomi kreatif itu sendiri.
Selain Badan Ekonomi Kretaif
pemerintah pusat juga membabtu pembangunan kantor Pusat Layanan Terpadu KUMKM
sebagai sarana pendorong ekonomi mikro didaerah, sarana inipun tidak mampu
didatangkan oleh pemerintah kabupaten bima padahal kementrian koperasi di tahun
2019 menyediakan anggaran untuk itu. Ini sebuah kemunduran lobi dari pemerintah
kabupaten bima.
Kemana arah pengembaangan
Kabupaten Bima?
Kawasan kecamatan woha
dimana pusat ibukota kabupaten bima kedepanya tentu akan terjadi pergeseran
prilaku pembangunan dan ini berlaku terbalik dengan keadaan sekarang, wilayah
pusat ibu kota justru harus didorong menjadi pusat pertumbuhan baru atau kota
baru dimana pembangunan perumahan dan jasa akan pesat Kedepannya, sementara di
sisilain wilayah ini menyimpan lahan pertanian yang begitu luas dan
masyarakatnya mayoritas petani, bila kawasan ini kedepannya tumbuh menjadi kota
baru maka resiko kehilangan lahan pertanian dan perubahan prilaku sosial
masyarakatnyapun itu sudahlah pasti terjadi.
Kesiapan infrastruktur dan
modal sosial dalam menghadapi perkembangan pembangunan pusat ibu kota kabupaten
merupakan langkah awal yang haruslah ditanam oleh IDP-DAHLAN, melihat geliat
pembangunan sebagai sarana penunjang perkotaan di wilayah kecamatan woha masih
sangat minim sehingga bisa dikatan IDP-DAHLAN tidak memiliki target jelas untuk
membangun daerah kedepan.
Langkah kongkrit pemerintah
kabupaten bima untuk menjawab persoalan dan tantangan ini justru tidak ada sama
sekali, pemerintahan IDP-DAHLAN hanya berkutat dipersoalan yang tidak substansi
hanya menampakan pencitraan belaka, seharusnya fenomena pencitraan tidak
disatukan dengan pembangunan nyata demi kemaslahatan rakyat.
Harapan besar masyarakat
kabupaten bima terletak pada pundak IDP-DAHLAN yang diharapkan mampu membangun
daerah ini minimal mendekati kata sejahtera. Harapan – harapan itu justru pudar
seiring waktu 3 tahun ini, H. Dahlan yang diharapkan sebagai motor penggerak
untuk melobi investasi dan pembangunan dipusat justru tidak memiliki taring
yang kuat di ibukota negara. IDP yang diharapkan sebagai pimpinan utama yang
menahkodai BIMA RAMAH justru sibuk dengan mondar mandir keluar daerah,
Kabupaten bima semakin kacau saja tidak memiliki arah prioritas perencanaan
pembangunan yang matang.
Belum lagi
persoalan-porsoalan internal di birokrasi yang semakin carut marut lihat saja
bagaimana kepala dinas pendidikan selama kurang lebih 7 bulan belum juga
definitif dan dibuat luntang lantung tidak jelas. Kenapa bisa demikian terjadi?
Ini di akibatkan oleh karena pemimpin kabupaten bima tidak memiliki kamampuan
dan ketegasan untuk memgambil keputusan. Kepemimpinan macam ini masih mau di
lanjutkan??
Sekertaris daerah sebagai
pimpinan langsung ASN seharusnya memiliki fungsi yang kuat untuk mendesain dan
mengawasi kinerja-kinerja aparatur negara yang berada dibawahnya. Sekertaris
daerah yang memiliki fungsi mengkordinasikan penyusunan kebijakan daerah juga
haruslah berperan aktif demi mewujudkan cita-cita bersama itu sendiri justru
tidak memiliki peran aktif.
Dibagian lain catatan buram
juga terjadi, lembaga legislatif yang tidak bisa dipisahkan dari tata
pemerintahan juga tidak menampakan keseriusan untuk bersama-sama membangun
daerah ini
Justru anggota DPRD sebagai
representasi suara rakyat dan mengontrol perjalanan pemerintahan kabupaten bima
makin hari semakin mengidap penyakit bisu yang begitu akud, seharusnya peran
merekalah untuk mengkritik dan mendorong kabupaten bima kearah yang lebih baik.
Anggota DPRD memiliki hak
interpelasi untuk mengefaluasi kinerja-kinerja eksekutif selama perjalanan
kepemerintahannya, pembiaran soal kasusu dan persoalan-persoalan daerah
telanjang begitu saja didepan mata justru dipertontokan tanpa penyelesaian. Ini
pertanda penyakit kebangsaan melekat kuat dalam kehidupan kepemerintahan kita
di kabupaten bima ini.
Untuk menjawab
persoalan-persoalan ini semua haruslah kaum cendekia merefiu kembali perjalan
BIMA RAMAH bukan justru terjerumas dalam lingkaran pembagian kue kekuasaan
semata, kewajiban sebagai anak bangsa haruslah ditunjukan dengan sikap jelas
dan tegas untuk mengkritik kebijakan dan mendorong pergantian kepemimpinan
apabila pemimpin itu tidak memiliki prioritas dan arah pembangunan yang
jelas....
Post a Comment