Beasiswa Pendidikan Luar Negeri, Banjir Peminat
Mataram,
Media NTB - Direktur Lembaga Pengembangan Pendidikan
(LPP) NTB, Irwan Rahadi, mengungkapkan antusiasme masyarakat terhadap program
unggulan Beasiswa Luar Negeri (Program 1.000 cendekia) NTB Gemilang, sangatlah
tinggi. Tidak hanya dari sisi banyaknya pendaftar tetapi juga keingintahuan
masyarakat terkait sumber dana, pengelolaan, proses seleksi hingga jenis
beasiswa yang ditawarkan.
Didampingi Divisi Kerjasama
Imanuella Andilolo, dan Sekretaris Lembaga, Sri Astuty, (Rabu, 19/6-2019) Irwan
menegaskan bahwa sumber dana dari program beasiswa ini sama sekali tidak
menggunakan dana APBD. Tetapi murni bersumber dari Corporate Social Responsibility
(CSR) atau sumbangan sosial perusahaan serta bantuan dari para donatur yang
peduli dengan peningkatan kualitas SDM NTB melalui pendidikan.
Penggunaan dana CSR untuk
menjalankan sebuah program pemerintah memang sudah lazim dilakukan. Seperti dilakukan
mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) yang menggunakan dana CSR
untuk revitalisasi Kalijodo di Jakarta atau Walikota Bandung, Ridwan Kamil yang
dikenal kerap berburu dana CSR hingga ke luar negeri untuk mempercepat
realisasi suatu proyek. Kini pasangan Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah dan
Wakil Gubernur Dr.Hj.Siti Rohmi Djalilah, M.Pd kembali mengikuti jejak
penggunaan bantuan dari para donatur dan Dana CSR tersebut untuk mewujudkan
salah satu janji kampanye mengirim 1000 pemuda NTB Belajar ke Luar Negeri.
LPP-NTB sebagai lembaga
pengelola beasiswa ini dibentuk pertamakali sebelum padangan Dr. Zul - Umi
Rohmi (sapaan akrabnya resmi dilantik sebagai Gubernur -Wakil Gubernur NTB.
Namun Akte lembaga disahkan pada bulan Februari 2019. Disusul penandatangan MOU
dengan Pemerintah Provinsi NTB sebagai pelaksana program di bulan berikutnya.
Saat ini LPP-NTB memiliki tujuh pegawai dengan struktur Direktur Lembaga,
Sekretaris, Bendahara Umum, Divisi Kerjasama, Divisi Pelatihan, Divisi Fundraising
dan Humas.
Dana
Akan diumumkan secara Terbuka
Soal dana pendidikan, Irwan
menjelaskan bahwa saat ini pihaknya masih dalam proses rekapitulasi. Rencananya
minggu pertama bulan Juli LPP-NTB akan diumumkan kepada publik secara
transparan mengenai berapa jumlah dana yang telah digelontorkan untuk beasiswa
ini, tutur Irwan.
Sayangnya, website resmi
LPP-NTB masih bermasalah sehingga untuk mengetahui informasi mendetail mengenai
kelembagaan masih terkendala.
"Pengerjaan website
kami masih belum tuntas karena adanya misskomunikasi bersama developer
websitenya. Sehingga kami tidak bisa menyediakan Informasi yang mendetail.
Namun kami sedang berusaha menyediakan website resmi dengan informasi selengkap
mungkin sehingga tidak beredar informasi simpangsiur mengenai program
ini," jelasnya.
Mengenai prosedur
penyeleksian Awardee, Irwan menjelaskan telah dilakukan berdasarkan prosedur
yang sangat terbuka. Dimulai dari penyebaran informasi seleksi beasiswa,
seleksi administrasi hingga wawancara dilakukan oleh juri yang terpecaya.
Selama proses penyebaran informasi seleksi beasiswa, LPP-NTB mengumumkan
melalui akun media sosialnya. Laman akun Facebooknya telah diikuti oleh 5440
dan instagramnya memiliki 7638 pengikut, jumlah ini terus bertambah seiring
semakin besarnya antusias masyarakat NTB.
Mengenai pola pemberian
beasiswa, Imanuella mengatakan pihaknya masih mencari pola yang terbaik.
"Kami masih terus
berusaha mencari bentuk terbaik dalam memberikan beasiswa ini. Tujuan kami
hanya satu bagaimana dapat memberikan kesempatan belajar ke luar negeri kepada
pemuda NTB agar SDM kita semakin berkembang dan berdaya saing," tambah Ima
panggilan akrab Imanuella selaku Divisi Kerjasama.
Dijelaskannya, ada tiga
jenis program beasiswa NTB yang ditawarkan. Yaitu beasiswa penuh, beasiswa
parsial dan shortcourse. Beasiswa penuh berarti seluruh biaya pendidikan
ditanggung penuh oleh LPP-NTB, dari biaya kuliah, transports, hingga akomodasi.
Beasiswa Polandia menjadi contoh dalam beasiswa ini. Sementara itu beasiswa
partial merupakan beasiswa dimana Awardee juga menanggung sebagian biaya.
Beasiswa S1 ke China menjadi contoh dalam beasiswa ini. Dan program shortcourse
sendiri merupakan program belajar pendek di negara tujuan.
Untuk total Awardee Beasiswa
Luar Negeri, Sri Astuty selaku Sekertaris Lembaga menyebutkan total Awardee
periode September 2018 hingga Maret 2019 sejumlah 2019 sebanyak 304 Awardee. Rincian
keseluruhannya meliputi, Beasiswa Polandia S2 sebanyak 72 Awardee, Beasiswa
China S1 sebanyak 11 Awardee dan S3 sebanyak 4 Awardee, Beasiswa Taiwan S3
sebanyak 11 Awardee, Beasiswa Malaysia S2 Reguler sebanyak 15 Awardee, Beasiswa
Korea S1 sebanyak 35 Awardee, Beasiswa Short Course dan Training S1 sebanyak 36
Awardee, serta yang teranyar Beasiswa Aktifis Malaysia S2 sebanyak 120 Awardee.
Beasiswa
untuk Aktivis agar lebih Kritis
Beasiswa untuk aktivis
adalah beasiswa yang diberikan kepada para pemuda yang selama ini aktif
diberbagai kegiatan dalam organisasi sosial kemasyarakatan masing-masing,
sehingga memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat melalui
organisasinya itu. Terdapat 120 Awardee, untuk aktivis ini. Sama sekali tidak
bertujuan untuk membungkam aktifis. Tetapi justru untuk membuat mereka semakin
kritis dan semakin kaya dengan gagasan inovatif untuk kemajuan bangsa.
"Jadi jika ada yang
bilang beasiswa aktivis bertujuan membungkam aktivis, itu tidak benar dan salah
besar," tutur Irwan.
Beasiswa untuk aktifis
memang berbeda dari beasiswa lainnya dikarenakan tidak mensyaratkan kemampuan
bahasa yang didukung oleh sertifikat bahasa seperti TOEFL atau IELTS. Meski
begitu, untuk dapat diterima pada Universitas yang ada di Malaysia para Awardee
minimal memiliki sertifikat MUET atau (Malaysia University English Testing).
MUET adalah alternatif untuk mereka yang belum mempunyai sertifikat IELTS dan
TOEFL IBT.
Untuk menjamin 120 Awardee
diterima oleh Kampus-Kampus yang ada di Malaysia, maka LPP-NTB membantu Awardee
dengan melobi pihak Penyelenggara tes yang satu-satunya ada di Jakarta untuk
mengadakan tes di Mataram. Selain itu, LPP-NTB juga membantu Awardee dengan
memberikan subsidi terhadap tes MUET yang diikuti. Awardee harus merogoh kocek
sebanyak kurang Lebih 3 juta untuk mengikuti tes MUET, namun setelah disubsidi
LPP-NTB, Awardee hanya perlu membayar Rp. 1.100.000.
"Kami berupaya membantu
Awardee untuk meringankan biaya tes MUETnya. Sebenarnya, kalau seperti beasiswa
regular Awardee-lah yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kemampuan bahasa
yang dibuktikan dengan hasil tes. Namun kami ingin seluruh Awardee dapat lulus
belajar di Malaysia," tutur Ima.
Awalnya, kuota untuk program
beasiswa S2 ke Malaysia ini hanya untuk 20 orang sesuai dana yang tersedia.
Namun, setelah tim LPP NTB berkoordinasi dengan Gubernur NTB, Dr. H.
Zulkieflimansyah, kuota tersebut ditambah menjadi 120 orang.
"Kami mengalokasikan
dana dari beasiswa lain. Contohnya dari beasiswa China, dimana saat itu kami mendapat
kuota yang cukup banyak namun Awardee yang memenuhi kriteria sedikit,"
jelas Ima.
Animo anak muda NTB
mengikuti program beasiswa aktivis ini sangat tinggi. Pendaftaran dibuka sejak
8-18 Mei 2019 lalu. Sebanyak 413 orang mendaftar dalam kurun waktu tersebut.
Dari jumlah tersebut, yang berhasil lulus dalam seleksi administrasi sebanyak
253 orang. Peserta yang lulus seleksi administrasi ini kemudian menjalani
seleksi berikutnya, yaitu wawancara. Setelah seleksi wawancara, diperoleh 120
peserta yang dinyatakan memenuhi kualifikasi mendapatkan beasiswa NTB.
Sementara terkait latar
belakang organisasi atau afiliasi para penerima beasiswa aktivis ini, Sri
Hastuti mencatat terdapat sebanyak 52 afiliasi. Dari jumlah itu, awardee
terbanyak berasal dari latar belakang 10 organisasi, yaitu HMI, KAMMI, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, Karang Taruna Desa di NTB, HIMMAH NW, Sekolah Guru
Indonesia (SGI), POKDARWIS, Ikatan Alumni Pondok Pesantren di NTB, Orang Muda
Katolik Mataram dan Genre NTB.
"Mereka akan diberangkatkan
secara bertahap bulan September nanti," tandasnya.(NM)
Post a Comment