Wagub NTB Ikut Pimpin Delegasi Indonesia di Paris
Mataram,
Media NTB – Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi
Djalillah M.Pd, tampil sebagai salah satu dari lima pimpinan delegasi yang
mewakili Indonesia dalam agenda sidang hari pertama diThe 31st session of the
Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council di Perancis,
Senin, 17 Juni 2019.
Demikian disampaikan Kepala
Biro Humas dan Protokoler Pemprov NTB, Najamuddin Amy, S.Sos, MM, yang ikut
mendampingi Wagub NTB dalam agenda tersebut.
Najamuddin menyebutkan,
selain Wagub NTB, empat pimpinan delegasi lainnya adalah, Direktur Jenderal
Konservasi Alam Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian LHK,
Ir. Wiratno, MSc, Ambassador of Permanent Delegation of the Republic of
Indonesia to UNESCO, H. E. Mr Surya Rosa Putra, Direktur Eksekutif Indonesian
MAB Programme National Committee, LIPI,Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto, DEA dan
Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. H. Longki Djanggola, M.Si.
Agenda hari pertama dari
pertemuan ini juga menghasilkan sejumlah catatan penting yang menjadi kabar
gembira bagi NTB. Di mana, NTB, khususnya Lombok, resmi ditunjuk sebagai tuan
rumah untuk agenda 13rd South East Biosphere Reserve Network.
Catatan lainnya yang juga
mengemuka adalah terkait pentingnya cagar biosfer sebagai sebuah laboratorium
untuk pembangunan berkelanjutan dengan memberdayakan komunitas lokal, untuk
menghadapi tantangan global.
“Catatan tersebut juga
relevan untuk NTB yang saat ini sudah resmi memiliki dua cagar biosfer, yaitu
Rinjani di Pulau Lombok dan Kawasan Samota di Pulau Sumbawa. Tentu saja kita
berharap bahwa dua cagar biosfer ini bisa memberikan dukungan bagi NTB untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals,”
ujar Najamuddin.
Dalam catatan yang
dihasilkan di hari pertama tersebut juga disebutkan tiga karakteristik utama
dari cagar biosfer. Salah satunya adalah, mencapai tiga fungsi yang saling
berkaitan, yaitu fungsi konservasi, fungsi pembangunan dan pemasok kebutuhan
pokok.
Selain itu, cagar biosfer
juga dicirikan dengan adanya upaya untuk melampaui zona konservasi tradisional
yang biasanya hanya bersifat terbatas. Upaya ini dibangun melalui skema zonasi
yang diselaraskan. Menggabungkan area inti yang dilindungi dengan zona di mana
pembangunan berkelanjutan dipupuk oleh penduduk lokal dan perusahaan dengan
sistem tata kelola yang sering sangat inovatif dan partisipatif.
“Cagar biosfer juga akan
melibatkan pendekatan melalui para pemangku kepentingan yang beragam, dengan
penekanan pada keterlibatan komunitas lokal dalam tata kelolanya,” imbuh
Najamuddin. Saat ini, ujarnya, terdapat 686 cagar biosfer di 122 negara di seluruh
dunia.
Menurut Najamuddin,
pertemuan di hari pertama tersebut juga menghasilkan sejumlah kesimpulan. Salah
satunya adalah, bahwa cagar biosfer adalah perangkat untuk mencegah ancaman
berkurang atau punahnya spesies-spesies yang menjadi khazanah kekayaan bumi.
“Dan kami selaku Pemprov NTB
berpendapat, kesimpulan-kesimpulan dan catatan-catatan dalam pertemuan ini,
sangat selaras dengan visi-misi dan program-program pasangan Dr. H.
Zulkieflimansyah dan Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah. Insya Allah ini menjadi bukti
bahwa saat ini NTB sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi daerah yang
berkembang, tanpa harus merusak keseimbangan alam dan manusia,” tegas
Najamuddin.(NM)
Post a Comment