Ciptakan Demokrasi Konstruktif, Media Harus Kawal Oposisi Agar Tidak Memainkan Isu Hoax

Jakarta, Media NTB - Diskusi bersama berbagai kalangan media dan netizen yang mengupas tema : "Peran Media Melawan Hoax dan Mengawal Demokrasi Secara Kontruktif Demi Suksesnya Pembangunan 5 Tahun Kedepan" ddengan menghadirkan para narasumber Agus Sudibyo (Anggota Dewan Pers), Dr. Arbi Sanit (Pengamat Politik Senior UI), M. Antoni (Wartawan Senior Antara) dan Abdul Kadir Karding (Ketua DPP PKB) sukses digelar di Jakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Social Media for Civic Education (SMCE) di Hotel Sebtral Jakarta Pusat pada ada Rabu 24 Juli 2019.



Diskusi ini menarik kesimpulan bahwa dalam.membangun kehidupan demokrasi maka diperlukan peran oposisi. Disisi lain media diharapkan dapat mengawal oposisi dalam memainkan fungsinya dalam koridor berdemokrasi yang kontruktif. Artinya media harus memberikan ruang bagi opisisi sepanjang kritik yang diarahkan kepada penguasa haruslah berdasarkan basis data valid dan bukan hoax. Hal ini diperlukan agar proses pembangunan lima tahun kedepan dapat berjalan sesuai arah yang direncanakan untuk kemakmuran sebesar besarnya bagi rakyat.



Berikut intisari dari diskusi tersebut yang disampaikan oleh Wasil ( Direktur eksekutif SMCE) yang mengatakan bahwa Pemerintah yang memiliki legitimasi yang kuat perlu diimbangi dengan Oposisi yang cerdas, tanpa hal itu Demokrasi kurang bermakna, Pemerintah akan berjalan tanpa ada yang mengkoreksi , maka diperlukan kekuatan diluar pemerintahan yang sama-sama memiliki tujuan memajukan bangsa namun dengan peran yang berbeda.



Untuk mengabdi pada bangsa dan negara, unsur kekuatan politik yang dalam hal ini direpresentasikan oleh Parpol tidak harus masuk dalam Pemerintahan semua, karena mengabdi pada bangsa dan negara dapat dilakukan semua pihak dan dalam bentuk berbagai hal serta disemua lini, dengan kemampuan peran dan profesi masing-masing. Artinya jadi oposisipun juga mulia namun dengan catatan harus dilakukan dengan bertanggung jawab bukan dengan rasa dendam dan rasa kebencian apalagi menggunakan basis data hoax.



Janganlah pengabdian dijadikan dalih untuk menikmati kekuasaan bersama pemerintah padahal sebelumnya sebagai rival yang sering mengkritisi pemerintah bahkan tanpa basis data yang benar sekalipun alias Hoax. Menjadi Oposisi pun kalau menjalankan fungsinya dengan baik dan berdasarkan data serta fakta yang benar maupun mampu memberikan sesuatu yang bersifat konstruktif, adalah juga manifestasi dari pengabdian bagi bangsa dan negara.



Jika yang menjadi pertimbangan adalah kepentingan bangsa, maka sebaiknya terdapat partai yang tetap menjadi oposisi sebagai bagian dari melaksanakan demokrasi namun dalam tatanan yang konstruktif tidak berbasis data hoax serta tidak menggunakan kemasan kemasan yang dapat memecah belah persatuan, ukurannya yaitu untuk mempercepat kemajuan bangsa dan penegakan hukum.



Mengapa?


Karena sesungguhnya, demi menjaga keseimbangan dalam pemerintahan, harus ada partai oposisi yang cerdas demi demokrasi yang baik. Tentu saja peran oposisi harus efektif, profesional, dan tidak menyebar provokasi apalagi hoax.



Apalagi dengan hanya sekedar asal berbeda tanpa dasar yang jelas serta bersumber dari berita dan kabar hoax maupun yang lebih mengerikan dengan menggunakan kemasan kemasan sensitif yang dapat memecah belah bangsa, maka disinilah peran media sebagai pengawal demokrasi harus jelas dan tegas bersikap, artinya media harus memberikan ruang bagi oposisi dalam rangka menjalankan fungsi media juga dibidang pengawasan dan kontrol terhadap penguasa namun jika kritik dan perbedaan dibangun dari rekayasa hoax dan bahkan demgan kemasan yang memecah belah bangsa maka media seharusnya tidak memberi tempat dan ruang agar situasi kondusif di ruang media publik tetap terjaga dan jalannya program pembangunan tidak terhambat.



Karena peran Media diharapkan menjadi control yang efektif, dan tidak menjadi pemain ketiga yang partisan karena kepentingan politik praktis jangka pendek. Media juga harus memegang etika, media harus menjalankan tanggung jawab edukasinya melalui literasi dan mencegah berita-berita hoax yang disebar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita semua harus belajar dari pengalaman sebelumnya dan kejadian kejadian diluar sana dimana banyak negara negara yang hancur dan gagal karena tidak dapat membendung dasyatnya bahaya hoax yang disertai dengan agenda-agenda yang ingin merubah bentuk dan dasar suatu negara.



Jika semua ketentuan tersebut dapat dijaga dengan bertanggung jawab dan konstruktif Maka kontribusi oposisi dan media sangat besar bagi kemajuan bangsa jika mampu secara konstruktif memperbaiki kinerja Pemerintah, dan masyarakat pun secara objektif akan dapat bisa menilai posisi oposisi serta media terhadap Pemerintah yang berkuasa yang pada akhirnya dapat menjadi referensi bagi siapapun untuk memberikan reward dan funismhent pada kontestasi pollitik selanjutnya tanpa kegaduhan.



Itulah intisari dari diskusi SMCE bersama berbagai kalangan baik media , netizen dan elemn lainnya pada Rabu 24 Juli 2019 ini di Hotel Central di kawasan Jakarta Pusat.(NM)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.