Perjalanan Dinas Bupati Bima Pada Momentum PILKADA, Masyarakat Jangan Mau Dibodohi!


Oleh : Haryono, Mahasiswa Pasca Sarajana Universitas Negeri Malang. 


Perihal kunjungan Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE di Kecamatan Wera yang Konon katanya  Perjalan tersebut adalah perjalanan  Dinas pada 06/Februari 2020 yang bertempat di Dusun Nggarorandi Desa Tawali Kecamatan Wera. 



Sebagai seorang Aktivis Daerah perlu rasanya saya memperhatikan dan mengkaji setiap aktifitas yang di lakukan oleh pemerintah Daerah Terkhusus di Kecamatan Wera. Baru-baru ini Wera menjadi Target kunjungan Bupati Bima, tidak tahu kunjungan apa ? Tujuannya apa ? Maka atas dasar itu dengan segala keterbatasan saya ingin mengkaji perjalanan tersebut dan meminta kepada masyarakat wera jangan sampai masuk pada lubang kebodohan yg kesekian kalinya.  



Saya ingin memulai kajian ini dengan dua kata kunci, Perjalanan Dinas Or Perjalan Politik (kampanye)?



Perjalanan Dinas ? 
Sulit rasanya sebagai seorang aktivis mengatakan bahwa itu adalah perjalanan dinas, Kenapa ? Berangkat dari cuitan para pendukung IDP 2 Periode bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan Dinas untuk melihat dan mendengarkan aspirasi masyarakat sekaligus menyerahkan bantuan kepada masyarakat hal tersebut di perkuat dengan pernyataan bupati dalam dialognya dengan masyarakat,  sekilas bupati mengatakan dan bertanya kira-kira apa aspirasi dan kebutuhan yang masih belum terpenuhi selama ini.  secara pemahaman Trias Politica bahwa menampung aspirasi masyarakat sudah keluar dari tupoksi Eksekutif yang seharusnya itu adalah tugas Legislatif kemudian legislatiflah yg menyampaikan hal tersebut kepada pihak eksekutif. Lantas pertanyaannya  apakah tugas bupati sebagai eksekutif sdah terlaksana secara keseluruhan ? Sehingga perjalanan dinas yang di lakukan sdah keluar dari konteks tupoksi ia sebagai bupati. Atau bupati tidak paham terkait tugasnya sebagai eksekutif ?   Kalau masyarakat yang berpendidikan katakanlah  Mahasiswa dan Pelajar  jelas mereka mengatakan bahwa perjalanan itu adalah  perjalanan pencitraan untuk membius hati masyarakat agar di pilih untuk yang kedua kalinya. Sebaliknya kalau masyarakat awam pasti menilai bahwa perjalanan itu adalah perjalanan yang luar biasa karna seorang bupati rela mengorbankan waktu dan tenaganya agar bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat, padahal eksistensi keberadaan seorang bupati  ya memang untuk itu. 



Fenomena lain yang sangant kuat untuk membantah bahwa itu bukan perjalanan dinas adalah tingkah laku para pendukungnya sebagai calon bupati bukan sebagai bupati, serentak acungan tangan 2 jari kerap di temukan di setiap foto kegiatan  yang konon katanya itu adalah simbol Literasi Hehehe. Berbagai pembenaran memang banyak di jadikan sebagai alasan untuk menutupi kebohongan.



Kalau di tarik kebelakang melalui jejak digital para simpatisannya bahwa beberapa hari lalu banyak pendukung IDP 2 Periode yang berasal dari wera bergantian keluar masuk Pendopo melalu jalur komunikasi masing-masing. Sangat erat kaitanya dengan kegiatan yang di adakan di dusun nggarorandi pada 06 februari 2020 tadi, karena ada beberapa oknum yang terlihat pada saat kunjungan ke pendopo di beberapa waktu yang lalu, kenapa tidak ? Karena pada saat pertemuan di pendopo tersebut serentak mengacungkan 2 jari dengan caption lanjutkan 2 periode namun ketika di lapangan serentak mengatakan bahwa itu adalah perjalanan dinass. Satu lagi yang lebih konyol  terlihat pada foto-foto yang di posting pada kegiatan itu dengan caption perjalan dinas tapi hastag yang di bangun adalah lanjutkan 2 periode, BMI dan lainnya yang berkaitan dengan bahasa-bahasa kampanye. Pertanyaan selanjutnya, masih percaya bahwa itu adalah perjalanan dinas ? Kalau saya jelas bahwa semua pembenaran itu telah terbantahkan dengan segala cuitan yang di lontarkan oleh simpatisannya sendiri.



Perjalanan Politik (Kampanye) ?


Ya saya lebih sepakat mengatakan itu adalah perjalanan politik yang di lakukan untuk membius hati masyarakat agar di kemudian hari dipilih untuk yang keduakalinya. Bisa dilihat dari perjalanan yang di lakukan ke Wera selalu di akhir periode. Pertanyaan kenapa kemudian?



Berangkat dari kejanggalan tersebut, Saya sebagai Aktivis Daerah dan sebagai ketua umum Pemuda Peduli Daerah (PPD) menghimbau kepada khusus masyarakat Wera jangan sampai terbius dengan semua pembenaran yang diperlihatkan, karena semua itu dilakukan karena kepentingan politik untuk momentum pilkada mendatang. Satu hal yang ingin saya garis bawahi bahwa kami tidak berada dalam barisan siapapun apalagi di IDP 2 Periode. Tetapi kami berada dalam barisan masyarakat, mencerdaskan kehidupan bangsa lebih penting bagi kami daripada kekuasaan yang pada akhirnya masyarakat menjadi kepentingan kekuasaan.(**)


Penulis adalah ketua Pemuda Peduli Daerah (PPD)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.