Bantuan Bibit Ayam dari Pemkot Bima Merugikan Kelompok Ternak, Sipegas Lakukan Audiensi dengan DPRD


Bima, Media NTB - Asosiasi Pegiat Unggas (Sipegas) Kota Bima melakukan audiensi dengan anggota DPRD Kota Bima pada hari Selasa (20/10/20).



Di tengah genjotnya kampanye memakan daging ayam oleh pemerintah pusat tidak sejalan di lapangan. Lagi-lagi efek Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa terhadap dunia perunggasan Indonesia, lebih khususnya di Kota Bima dalam skop yang kecil. Peternak Ayam Kampung Super (AKS) setidaknya menghadapi empat persoalan di tengah merebaknya wabah virus corona, ditambah lagi dengan adanya bibit bantuan bersama (B3) Bukan Bantuan Bergerombol.



"Yang pertama kita hadapi karena terdapat kelebihan produksi hasil ternak ayam, disisi lain permintaan pasar menurun drastis karena banyak sektor ekonomi seperti restoran, hotel usaha katering dan usaha lain. Yang berkaitan dengan pengolahan daging yang tidak berkompetensi, kondisi tersebut membuat harga ternak ayam turun jauh dari harga pasarannya, Rp. 40.000 - 450.000 menjadi Rp. 25.000 - 30.000 dan anjloknya harga di bawah HPP" kata Fatrizal, S.Kep ketua Sipegas.



Bahkan dengan adanya bantuan bibit dari pemerintah Kota Bima menambah sesak pasaran ayam, seratus kelompok pemuda 80.000 ekor siap menghantam gejolak pasaran yang semakin menggelinding seperti bola panas menhancurkan pangsa pasar.



Namun dipihak pemerintah sudah menyediakan bibit dan pakan gratis harga jual bebas asal kantong terisi rupiah saja. Peternak mandiri menjerit, gulung kandang mematikan kreatifitas dan inovasi peternak.



"Bahkan pihak pemerintah Kota Bima, akan menyediakan lahan pemasaran ke wilayah timur, tapi itu hanya sebatas omong kosong belaka. Saat over stok panen raya peternak Bukan Bantuan Bergerombol dan peternak mandiri yang berkoar menyediakan lahan pasarnya, akhirnya lempar batu sembunyi tangan, namun kami butuh action bukan alibi." tegasnya.



Dijelaskannya, bahwa ada juga bibit bantuan yang tidak tepat sasaran, alih-alih menciptakan lapangan kerja baru bagi 1000 pemuda, malah membuat kehancuran buat peternak mandiri. Kuburan telah di gali lebih dalam pemerintah siap memaksa peternak mandiri masuk ke dalamnya, dengan suka cita menangis darah menggulung kandang.



Namun adapun pernyataan sikap dari Sipegas diantaranya, produksi ayam yang merugikan peternak mandiri, juga over stok di lapangan siapa yang bisa bertanggung jawab. Serta meminta kepada DPRD Kota Bima memanggil OPD tekhnis Dinas Pertanian Bidang Peternakan berkaitan dengan permasalahan pemasaran di lapangan.



"Kami juga meminta kepada pemerintah Kota Bima untuk mementukan acuan harga ayam kampung super di pasaran. Dan meminta kepada DPRD Kota Bima untuk monitoring kondisi peternak mandiri dan melakukan sidak kepada pembagian bibit di lapangan yakni pihak ketiga dan Dinas terkait" harapnya.



Pihaknya juga meminta kepada DPRD Kota Bima dan Dinas Pertanian Bidang Peternakan, untuk mengevaluasi kembali nama-nama berita acara hasil pembagian DOC di lapangan. Serta optimalisasikan harga ayam broiler ditingkat pasar baik livebird maupun daging beku.



"Dan apabila tuntutan kami tidak diindahkan maka kami akan melakukan sesuai anjuran pedoman deputi regulasi, dan aturan mainnya yang telah disepakati bersama sampai keranah yudikatif". Tutupnya(Ucok).

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.