Mewaspadai Hoax Vaksin Covid-19


Oleh : Zakaria


Vakasinasi corona nasional adalah program yang harus berhasil 100%. Karena hanya vaksin yang bisa menolak ganasnya virus covid-19. Namun hoax bisa menggagalkan vaksinasi. Karena ada saja kalangan masyarakat yang masih mempercayai berita palsu mengenai vaksin corona.


Ketika masyarakat Indonesa diwajibkan untuk divaksin, maka halangannya bukan harga, karena vaksin digratiskan oleh pemerintah. Namun yang patut diwaspadai untuk jadi batu sandungan adalah hoax alias berita palsu. Hoax sudah menyebar ke mana-mana, mulai dari media sosial hingga grup WA. Sehingga keberadaannya agak susah untuk dikendalikan oleh tim satgas covid.


Masyarakat perlu mewaspadai hoax corona yang sudah terlanjur tersebar ke mana-mana.  Berita palsu yang santer beredar adalah vaksin ini mengandung sel vero alias kera hijau afrika. Menurut Bambang Heriyanto, Sekretaris Perusahaan Bo Farma, memang dalam kultur virus dikembangkan dalam media sel vero, akan tetapi tidak mengandung sel vero. Proses pengembangan virus diperlukan karena vaksin mengandung virus yang dilemahkan.


Hoax kedua tentang vaksin corona adalah ia mengandung chip sehingga berbahaya bagi manusia. Bagaimana bisa sebuah chip yang terbuat dari benda padat dimasukkan ke dalam cairan vaksin? Berita palsu ini sangat menggelikan namun juga meresahkan, karena orang awam akan percaya dan akhirnya menolak untuk divaksin.


Berita palsu selanjutnya adalah vaksin sinovac yang dibeli oleh pemerintah Indonesia tidak ampuh, karena masyarakat dijadikan kelinci percobaan. Hoax ini ditambah pula dengan gambar kemasan vaksin yang bertuliskan “only for clinical trial”. Padahal ini adalah gambar kemasan vaksin untuk uji klinis tahap 3, bukan yang dibeli oleh pemerintah Indonesia.


Hoax lain yang juga menggelikan adalah klaim bahwa vaksin berbahaya, sebab ia bisa menusukkan jarum langsung ke dalam kulit dan menembus jaringan tubuh. Bagaimana bisa sebuah jarum suntik masuk 100% ke dalam tubuh manusia? Selain itu, para tenaga medis yang menyuntikkan pasti berhati-hati dan tidak akan melakukan hal ini.


Ganasnya hoax di masyarakat memang menyebalkan, karena masih saja ada yang mempercayainya. Kalangan yang terjebak berita palsu langsung takut divaksin, karena mereka terlalu percaya akan judul berita yang bombastis. Mereka percaya hoax tentang vaksin corona dan mulai menyalahkan pemerintah.


Mereka yang percaya hoax karena memiliki kemampuan literasi yang rendah, sehingga tida mengecek kebenaran suatu berita di internet. Padahal segala sesuatu di dunia maya tidak 100% benar. Minimnya kemampuan literasi ini menyedihkan, karena faktanya masih banyak masyarakat yang tidak suka membaca, sehingga bisa dikibuli oleh hoax.


Untuk mencegah hoax vaksin, maka kita bisa mengadakan gerakan anti hoax, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Pemerintah berusaha menaikkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin dan mereka jadi tidak percaya hoax, dengan menyuntik para tokoh masyarakat terlebih dahulu, seperti Gubernur dan Wali Kota. Masyarakat akan mengikuti langkah sang pemimpin.


Selain itu, masyarakat juga bisa mendukung vaksinasi corona dan memukul hoax dengan berkampanye di media sosial. Sosmed digunakan untuk menyebarluaskan pentingnya vaksinasi dan menepis hoax corona yang ada di kalangan netizen. Sehingga jika para followers membaca kampanye itu terus-menerus, alam bawah sadarnya akan menolak hoax dan akhirnya mau divaksin.


 Jika ada seseorang yang membuat status mengenai hoax maka laporkan saja ke pihak Facebook atau Instagram. Postingan itu langsung dihapus karena dianggap berita bohong yang meresahkan banyak orang. Meski postingan tentang hoax boasanya langsung dihapus otomatis oleh mereka, namun tidak ada salahnya melapor.


Meluasnya hoax tentang vaksin corona di media sosial bisa dicegah jika kita peduli terhadap sesama, dengan berkampanye anti hoax. Jangan lelah untuk saling mengingatkan, karena program vaksinasi corona nasional harus berhasil 100%. Tujuannya agar kita punya kekebalan kelompok dan bisa mengakhiri masa pandemi.



Penulis adalah warganet tinggal di Bogor

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.