AMPERA Nilai Kebijakan PPKM Hambat Laju Ekonomi Masyarakat Bawah


Jakarta, Media NTB - Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Rantau Sumatera Barat (AMPERA SUMBAR), Arfino Bijuangsa dilansir dari instagram pribadinya @bijuangsa_25a terkait hasil kebijakan PPKM.



"Dengan sangat terpaksa dan berat hati saya harus menulis hasil diskusi dengan penggiat ekonomi di Kota Jakarta ini. Keresahan ini tentu tidak hanya dirasakan oleh tukang jualan kopi baik yang jualan dicafe maupun yang jualan keliling pakai sepeda," katanya Senin (0507/21)



Keresahan ini banyak dialami oleh para pedagang diantaranya, pedagang pecel lele, pedagang sate, pedagang bakso, pedagang gorengan, pedagang nasi bebek, pedagang sambal petir, dan pedagang lainnya



"Bahkan tukang kantau bahanpun ikut merasakan dampak dari kebijakan pemerintah yang dimulai tanggal 3 sampai dengan tanggal 20 bulan ini," terangnya



Bagaimana tukang kantau tidak bingung karna biasanya pasar besar seperti pasar cipulir, tanah abang, mangga dua, jatinegara, pasar minggu juga ikut berhenti beroperasi, ketika pasar besar berhenti beroperasi bos-bos yang biasa mempercayakan barang untuk mereka dagangkan juga berhenti untuk memproduksi barang. Artinya berapa banyak konveksi yang berhenti memproduksi barang, hingga berapa banyak tukang jahit yang berhenti bekerja.



"Bahkan sebagian kecil dari masyarakat pengiat UMKM terpaksa banyak gigit jari," jelasnya



'Memang sulit, namun segala kebijakan tentu menimbulkan resiko yang besar, yang ditunggu apa solusi dari Pemerintah. Karna kami mempercayai bahwa siapapun pemimpinnya dan dimanapun tempat tugasnya pasti mendorong UMKM adalah Program unggalannya," bebernya



Tentu, apa yang diharapkan Arfino Bijuangsa sebagai koordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Rantau Sumatera Barat (AMPERA SUMBAR). Merupakan harapan bersama, agar pemerintah segera mengambil tindakan terkait masalah ini.



Jika pemerintah sendiri terus bungkam maka sudah dapat dipastikan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya, yang berujung pada meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan. Tutupnya (Ucok)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.