Oxfam Dukung Kota Bima Tangguh Bencana
Kota Bima, samadapos.com
- Oxfam
dan Pemerintah Kota Bima dukungan Badan Bantuan Pemerintah Australia
(AusAID) meluncurkan Proyek Kota Tangguh di halaman kantor pemerintah kota
Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada pada Senin pekan ini 28 September 2015.
Proyek Kota Tangguh berlanjut sejak 2012 atas kerjasama Oxfam
dan mitra setempat Lembaga Pengembangan Partisipasi Demokrasi Ekonomi Rakyat
dengan dukungan Australia Indonesia Facility for Disaster Risk Reduction (AIFDR).
Proyek ini telah mendukung pemerintah Kota Bima dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dalam membangun Masyarakat dan Kota Tangguh Bencana
sejak 2012 dan akan berlanjut hingga 2019.
Program ini dilakukan di Bima karena karena kota ini memiliki
risiko bencana yang cukup tinggi seperti banjir, tsunami, tanah longsor, gunung
meletus, dan gempa bumi. Serangkaian kebijakan pemerintah, program,
infrastruktur dan suprastruktur telah dihasilkan sejak saat itu antara lain
mencakup Kajian Risiko Bencana, Perda Penanggulangan Bencana, Integrasi
Penanggulangan Bencana sebagai salah satu prioritas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, pengalokasian dana satu persen Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk penanggulangan bencana, pembentukan dan pengaktifan forum
penanggulangan risiko bencana, dan model kelurahan tangguh bencana. Semua ini
sejalan dengan amanat dari Kerangka Aksi Hyogo tentang Pengurangan Resiko
Bencana tahun 2005-2015.
Untuk itu, sejalan dengan dirumuskannya strategi baru
pengurangan risiko bencana melalui Kerangka Sendai 2015-2030, Oxfam mendukung
pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan target-target yang dicanangkan
dalam Kerangka Sendai tersebut, terutama dalam menurunkan jumlah masyarakat
terdampak bencana, meminimalkan kerugian ekonomi, serta mengurangi gangguan
pelayanan publik akibat bencana. Dalam kerangka inilah, Oxfam mendukung Badan
Nasional Penangulangan Bencana dalam memperkuat Kota Bima sebagai percontohan
Kota Tangguh Bencana di Indonesia.
“Kegiatan mitigasi risiko bencana harus terus dilakukan hingga
masyarakat dan penghidupannya (livelihood) benar-benar siap dan tangguh dalam
menghadapi bencana,” kata Nanang Subana Dirja, Direktur Right in Crisis Oxfam
di Indonesia dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (30/9/2015).
Tujuan program ini ada tiga yang hendak dicapai di Kota Bima
ini, yaitu pertama pada akhir tahun 2019 diharapkan seluruh kelurahan yang
diidentifikasikan berisiko tinggi telah dapat mempersiapkan masyarakatnya untuk
tanggap, siap dan mampu menolong dirinya sendiri dalam menghadapi bencana.
Kedua, pemerintah Kota Bima akan mampu melakukan upaya-upaya yang maksimal
dalam melindungi masyarakatnya dari resiko bencana serta sigap dan tanggap
dalam memberikan pelayanan penyelamatan kemanusiaan di saat terjadi bencana.
Ketiga, Kota Bima dapat menjadi model kota tangguh bencana di Indonesia.
Untuk mencapai tujuan program tersebut, strategi yang akan
dijalankan adalah Pertama, Oxfam dan LP2DER akan memperkuat kapasitas tim
pelaksana replikasi kelurahan tangguh di 32 kabupaten. Strategi kedua,
memperkuat kebijakan turunan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana.
Termasuk dalam strategi ini ialah memperkuat Peraturan Walikota tentang
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Rencana Penanggulangan Bencana, dan alokasi
anggaran untuk mitigasi bencana.
Strategi ketiga, mengintegrasikan rencana penanggulangan bencana
ke dalam rencana pembangunan sektoral. Integrasi ini akan dilakukan melalui
berbagai forum koordinasi seperti Forum Pengurangan Resiko Bencana, Forum
Pimpinan SKPD, forum Tim teknis SKPD. Dan strategi keempat: memperkuat usaha
mikro dan kecil dalam mengurangi risikousaha akibat bencana dengan
memfasilitasi rencana keberlanjutan usaha.
Program ini akan dilaksanakan di tingkat kelurahan dan kota yang
akan melibatkan masyarakat setempat, kelurahan, pemerintah kota, dan dinas yang
terkait. Hingga akhir program pada tahun 2019 nanti, diharapkan lebih dari
165,000 penduduk kota Bima baik laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang akan
memperoleh manfaat langsung dari kegiatan ini.
“Melalui keterlibatan dan partisipasi pemerintah dan masyarakat,
kami berharap bahwa pada akhir program, berbagai perubahan yang positif akan
terjadi, yaitu masyarakat dan usaha mikro dan kecil di masing-masing kelurahan
akan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi risiko bencana, melindungi diri
dari kemungkinan terjadinya bencana, mampu bertahan bila terjadi bencana, serta
cepat bangkit dari dampak akibat bencana,” kata Nanang.
Oxfam adalah konfederasi internasional yang terdiri atas 17
afiliasi yang bekerja di 94 negara. Konfederasi ini merupakan bagian dari
gerakan global untuk mewujudkan masa depan dunia yang bebas dari kemiskinan dan
ketidakadilan. Di Indonesia, Oxfam bermitra dengan Kementerian Sosial Republik
Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan sosial melalui tiga program utama
yaitu program keadilan jender, keadilan ekonomi, dan program kesiapsiagaan dan
tanggap bencana.(SP.01)
Post a Comment