Kabupaten Bima Dilanda Kekeringan, Puluhan Ribu Jiwa Alami Krisis Air Bersih
BIMA,
Media NTB - Kekeringan di kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kian meluas. Berdasarkan data
BPBD setempat, setidaknya ada 59 desa dari 11 Kecamatan atau 25.129 jiwa
dilanda krisis air bersih.
Kasubdi Penanganan Darurat
BPBD Kabupaten Bima, Bambang Hermawan mengatakan, dari 59 desa yang mengalami
krisis air bersih, terdapat empat desa yang mengalami kekeringan parah.
Di antaranya, Desa Kalampa
Kecamatan Woha, Desa Dore Kecamatan Palibelo, dan Desa Pesa Kecamatan Wawo dan
Desa Bajo Kecamatan Soromandi.
“Di empat desa tersebut
memang jadi langganan kekeringan tiap musim kemarau. Apalagi saat kondisi hujan
rendah sehingga menyebabkan sumber mata air turun drastis hingga mengering,”
tuturnya, Selasa (25/7/2017).
Menurut Bambang, meluasnya
wilayah yang terdampak kekeringan disebabkan debit air menurun drastis,
terutama di wilayah perbukitan.
“Dampak kekeringan ini mulai
dirasakan sejak awal Juni 2017. Hampir sebagian besar sumber mata air di
beberapa wilayah yang terdata mulai kering akibat kemarau panjang,”ujar
Bambang.
Ia menyebutkan, pendataan
dari 59 desa yang kesulitan air bersih dilakukan sejak awal Juli 2017. “Tim
BPBD sudah melakukan pendataan bekerjasama dengan kecamatan dan desa, untuk
mengetahui kondisi kekeringan,” tuturnya.
Untuk membantu masyarakat
yang dilanda kekeringan, Pemerintah Kabupaten Bima melalui BPBD menyalurkan air
bersih kepada warga yang terdampak. Penyaluran air bersih berdasarkan
permintaan masyarakat dan dilakukan secara bergiliran.
Sementara sumber air diambil
dari Pos PDAM yang ada di tiap Kecamatan. “Secara keseluruhan, sudah 100.000
liter air kita salurkan menggunakan dua mobil tangki. Penyaluran dilakukan di
seluruh wilayah, tapi yang diutamakan desa-desa yang darurat air bersih,”
terangnya.
Bambang mengaku, ribuan
penduduk yang terdampak kekeringan memang sangat membutuhkan air bersih. Namun,
BPBD hanya memiliki dua unit mobil tangki sehingga suplai air tidak mampu mencukupi
kebutuhan masyarakat.
Saat ini, BPBD hanya
mengandalkan dua mobil tangki. Satu unit mobil dari Pemda dan satu unit dari
BNPB. "Dengan dua mobil itu, kita tidak mungkin drop air di semua wilayah
dalam sehari. Sementara masyarakat di sejumlah desa berteriak minta air"
tuturnya.
Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, pihaknya terpaksa menggunakan mobil pemadam kebakaran. Untuk itu,
ia meminta tambahan mobil tangki melalui Kementerian Pekerjaan Umum pusat.
“Kita berharap ada bantuan
mobil tangki dari pemerintah pusat. Dengan kondisi sekarang, kita butuh
tambahan butuh 7 unit mobil tangki,” pungkasnya.(M)
Post a Comment