Kota Bima Telah Bangkit dan Berubah

Gerbang Masuk Kota Bima dari Arah kabupaten Bima (Foto; Arman Al Bimaya)


Seperti biasa, selain hobi seruput kopi dan bersenda gurau dengan para kerabat di sarangge AjiMan, kesukaan lainku setiap sore adalah jalan keliling kota mungilku karena dengan cara inilah, aku menemukan kesejatian diri berada di tengah kota indahku, inilah rumah besarku, tanah negari para NCUHI, 15 tahun sudah kota mungil yang indah ini tumbuh dan berkembang menata diri, bagai GADIS rupawan yang jelita, kota ini berkembang dengan elok, pintu niu sebagai gerbang selamat datang untuk menyapa para tamu disambut dengan bangunan etnok manggusu waru, seakan ingin menegaskan dirinya dalam eksistensi yang islami, demikian juga dengan pantai lawata dalam historisnya oleh ncuhi DARA disebut sebagai LAWA-TA (Pintu masuknya) raja raja sudah menjadi salah satu tempat wisata yang sangat indah.


Kembali ketopik awal, di umurnya yang ke15 tahun ini, kota bima kotaku benar-benar telah tumbuh dan berkembang pesat mengejar kota-kota lainya di Indonesia, infrastruktur yang telah dibangun meski dihantam badai banjir beberapa bulan yang lalu, kini mulai pulih dan rampung ditata kembali, relokasi sungai, rekonstruksi drainase dan beberapa bangunan lainya, semua sudah dan akan tuntas diselesaikan, bahkan pemulihan trauma warga dan beberapa persoalan lainya pasca banjir lambat laun tidak lagi menjadi persoalan. Kota ku benar-benar telah BANGKIT menggeliat kembali menyongsong masa depanya, KOTA BIMA TELAH BANGKIT, itu nyata, bukan sekedar hanya ada dalam ide dan gagasan.

Keindahan Penataan Obyek Wisata Pantai Lawata (Foto: Arman Al Bimaya)

KOTA BIMA TELAH BERUBAH, ya, aku menyaksikan kota ku benar-benar telah berubah dalam 10 tahun terakhir ini, gedung convention hall, pelabuhan peti kemas, pasar raya di ama hami, rumah susun, puskesmas ranggo yang sebentar lagi akan beralih fungsi menjadi rumah sakit, gedung kesenian dan kebudayaan di raba, gedung olah raga manggemaci, ruko-ruko yang tumbuh bak jamur di musim hujan serta investasi dunia usaha dan perbankkan yang terus meningkat (ratusan ribu tenaga kerja terserap) ruang publik dan taman kota yang ditata demikian indah untuk memanjakan warganya dengan keindahan dan keelokan, jalan ekonomi dan jalan lingkungan semuanya telah dan akan tuntas 2018, irigasi pertanian yang merata, alat tehnologi pertanian serta bantuan usaha warga, dibutuhkan ribuan lembar kertas untuk menuliskan pertumbuhan kotaku dalam 10 tahun terakhir. KOTA KU TELAH BERUBAH, berubah menjadi kota elok dan indah untuk warganya.


Aku bangga dengan perubahan kota ku, sebab perubahannya tetap mempertahankan culture building warganya, inilah konsep sejati perubahan yang substantif menurutku, perubahan itu memang harus tetap memperhatikan dan mempertahankan kearifan lokal yang menajdi ciri khas warganya, sebab kearifan lokal adalah cerminan akar dari sebuah peradaban yang bermartabat, para pemimpin kota bima saat ini benar benar menyadari akan makna perubahan yang substantif itu, lihat saja beberapa bangunan saksi kebesaran historis DANA MBOJO tetap dipertahankan meski fungsinya sudah dialihkan pada pemanfaatan lain, seperti ruang publik misalnya, tujuanya tentu untuk Kebaikan bersama, dimanfaatkan untuk kepentingan semua warga, demi mewujudkan kota Bima yang indah dan kesejahteraan warga untuk masa depan.

Pasar Raya Ama Hami (Foto: Arman Al Bimaya)

Setelah puas jalan keliling kotaku dan menikmati seruput demi seruput kopi hitam sudut kota, aku teringat kembali akan nasehat para sesepuh suci, "Jika ingin melakukan perbandingan berubah atau tidaknya sebuah kota maka "dulu" dan "sekarang" menjadi salah satu cara melihat yang paling tepat. Dan membandingkan Kota Bima yang "dulu" dan "sekarang" tentu telah banyak yang berubah, lihatlah bentuk bangunannya, geliat usaha warganya dan ketersediaan ruang public KOTAKU.(**)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.