Corona, Pengusaha Lokal dan Learning by Doing


Oleh : Dr. Zul, Gubernur NTB


Pandemic Covid 19 memaksa kita untuk berubah dan memandang banyak hal dengan cara yang berbeda. Di NTB ini pun kita lakukan.


JPS Gemilang dengan sembakonya memberi ruang pada UKM untuk berpartisipasi. Ini penting agar UKM kita hidup dan punya ruang untuk belajar dan mengakumulasi pengalaman. Tentu harganya kadang lebih tinggi dari pemain-pemain besar, kualitasnya pun kadang sedikit di bawah, tapi semua itu kami konversi ke dalam biaya pembelajaran dan akumulasi pengalaman.


Pembelajaran (learning) macam-macam bentuknya, ada pelatihan (training), ada searching melalui penelitian-penelitian dan sebagainya. Dan tentu saja untuk negara atau daerah berkembang seperti kita learning mechanism atau bentuk pembelajaran yang paling banyak dan biasa dilakukan adalah Learning by Doing, belajar (learning) yang diperoleh dengan mengerjakan pekerjaannya (doing).


Jadi bagi UKM-UKM kita agar bisa Learning ya harus dikasih pekerjaan (doing). Ini yang menjadi alasan kenapa dalam JPS Gemilang kami mengutamakan Produk-produk UKM Lokal.


Alhamdulillah, hasilnya sangat mengesankan. Ambil Masker sebagai contoh. Produksi awal UKM2 kita banyak kekurangan, ada yang ukurannya kependekan, tebal kainnya kurang dll. Pokoknya seru-seru :) dengan feedback yang diberikan dinas UKM dan Perindustrian produk-produk berikutnya jadi lebih baik dan lebih berkualitas. 


Bahkan sekarang corak dan modelnya macam-macam. Inilah Learning by Doing itu...Inilah Learning yang menghasilkan Inovasi Teknologi (technological innovation). Begitu juga dgn produk-produk lain oleh UKM-UKM kita Inovasi Teknologinya nyata dan sangat membanggakan. 


Jangan bayangkan inovasi teknologi itu rumit-rumit, cara memilih kain, cara menjahit, cara memahami model dan corak baru sesuai standar dan pesanan adalah bentuk Inovasi itu. Seiring dengan berjalannya waktu hasilnya akan lebih berkualitas dan harganya semakin lama akan semakin kompetitif.


Hanya UKM?

Tentu saja tidak. Corona nyaris melumpuhkan ekonomi kita. Selain menggerakkan UKM-UKM lokal kami sekarang sedang mendorong PU, Perkim dan Opd-opd kami untuk mengakselerasi berbagai pekerjaan agar segera tuntas. Dan program-program ini kami akan 'paksa' untuk dimenangkan oleh Pengusaha-pengusaha Lokal. Kami sudah perintahkan Biro AP kami untuk memberikan prioritas kepada pengusaha-pengusaha Lokal NTB untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di NTB ini. 


Kenapa lokal? Karena seperti logika UKM di atas Pengusaha-pengusaha Lokal agar tumbuh dan Berkembang harus diberikan juga kesempatan untuk Learning by Doing.


Belajar sambil mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di NTB utk kemudian tak menjadi penonton di tempat kita sendiri. Tanpa learning by doing maka pengusaha-pengusaha lokal kita selamanya tak akan mampu bersaing dan akan selamanya jadi penonton.


Tentu kalau tender ada harga pengusaha-pengusaha lokal lebih mahal dan kualitasnya agak sedikit kurang, harus bisa dipahami. Ada cost of learning. Ada biaya pembelajaran..kalau langsung aple to aple dgn pengusaha luar maka pengusaha lokal kita tak akan pernah menang. BPK, BPKP, Kepolisian dan Kejaksaan harus juga memahami ini.


Jadi mari Biro-biro AP di Kabupaten-kabupaten dan Kota-kota kita utk memberikan akses dan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha lokal, agar ke depan tak ada lagi pengusaha-pengusaha luar mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh Pengusaha-pengusaha lokal kita sendiri.


Untuk maju kita memang butuh Learning, dan Learning yang terbaik sementara ini bagi Pengusaha-pengusaha lokal kita adalah Learning by Doing.(**)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.