Empat Strategi Antisipasi Penyebaran Covid 19 di NTB


Mataram, Media NTB - Antisipasi penyebaran Covid 19 di NTB dilakukan dalam empat strategi yakni edukasi, pengawasan pintu masuk, sarana prasarana kesehatan serta kontrol. Wakil Gubernur NT, Hj Sitti Rohmi Djalillah menjelaskan, keempat hal ini sedang dikerjakan oleh pemerintah dan kesulitan terbesar adalah kontrol di masyarakat agar penyebaran virus tidak meluas. Terutama karantina mandiri bagi mereka yang diberikan status Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala (PPTG), Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Orang Dalam Pengawasan (ODP).



“Gugus Tugas Covid 19 yang dibentuk pemerintah daerah sudah dapat melokalisir penyebaran virus.  Kesulitan terbesar adalah aspek control soal disiplin kita semua dalam menerapkan physical distancing, cuci tangan, memakai masker dan protokol pencegahan Covid 19 sebagai cara memutus rantai penularan. Mereka yang berstatus Orang Tanpa Gejala, Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala dan Orang Dalam Pemantauan harus memiliki disiplin karantina mandiri”, jelas Wagub Umi Rohmi saat memberikan sambutan dalam Rapat Paripurna DPRD NTB di Mataram, Senin (20/ 04).



Adapun strategi edukasi makin massif dilakukan dan pengawasan di pintu masuk bandara dan pelabuhan makin diperketat. Umi Rohmi mengatakan, saat ini, mereka yang masuk ke NTB, sebagian besar adalah warga NTB yang pulang ke NTB dan bukan orang asing. Dari sisi control, keterlibatan pemerintah desa hingga ke RT dan RW dapat mengontrol siapa saja warganya yang secara protocol kesehatan harus melakukan isolasi  mandiri. Aspek sarana dan prasarana juga sudah memadai seperti fasilitas kesehatan dan tenaga Kesehatan untuk pemeriksaan dan test begitupula dengan pasien Covid19 yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit dipastikan mendapatkan pelayanan yang baik sehingga NTB dapat segera keluar dari pandemic ini.



Dikatakan Umi Rohmi, lonjakan jumlah positif di NTB adalah sinyal positif terkait penanganan bahwa pemerintah sudah dapat mengidentifikasi pola penyebaran virus dengan peta lima klaster penyebaran. Masyarakat NTB yang positif covid19 pada beberapa minggu terakhir ini angkanya kelihatan signifikan bertambah. Dari awal penanganan pandemic, NTB yang mendapati kasus penularan pertama pada 16 maret 2019,  dua minggu setelah pasien pertama di Indonesia terus bertambah. Hal ini karena pada awal pandemic, sampel swab mereka yang positif dan diduga tertular virus, untuk hasil lab harus ditunggu 7 sampai 10 hari karena harus dikirim ke Jakarta.



Saat ini NTB yang sudah memiliki fasilitas laboratorium dan melakukan pengecekan, hasilnya bisa diumumkan dalam waktu satu sampai dua hari. Penularan yang sudah terjadi sejak pertengahan Maret dan saat ini baru dapat terdeteksi secara cepat menyebabkan jumlah yang terjangkit positif menjadi bertambah besar angkanya. Dijelaskan Umi Rohmi, Klaster Luar Negeri dengan satu orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sudah dinyatakan negative dan selesai ditelusuri jejak penularannya (tracing). Klaster Bogor tinggal dua pasien yang harus ditracing penularannya serta Klaster Gowa yang terus dilakukan contact tracing. Data Dinas Kesehatan menyebut dari 1157 orang yang masuk ke NTB dari daerah terdampak di klaster Gowa ini, hasilnya 367 orang reaktif melalui Rapid Test dan terus ditelusuri jejak penularannya.




Pandemic Covid 19 di NTB pertamakali diumumkan kasus positif oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr Zulkieflimansyah  pada Selasa 24 Maret 2020. Gubernur menyebut satu warga Lombok Timur, perempuan berusia 50 tahun sebagai pasien 01 (klaster Jakarta Ponpes) berasal dari Aikmel, Kecamatan Aikmel. Ia tertular setelah pulang dari Jakarta. 



Perkembangan penanganan oleh Gugus Tugas Covid 19 saat ini menggunakan pola klaster. Ada enam klaster yang dinamakan klaster Jakarta Ponpes dengan pasien 01 di Aikmel, kabupaten Lombok Timur. Semua pasien positif klaster Jakarta Ponpes seluruhnya ditemukan di Lombok Timur kecuali pasien 06 yang ditemukan di kabupaten Sumbawa. 



Klaster Jakarta Guide, pasien 05 menularkan pada pasien berikutnya yang seluruhnya ditemukan di kota Mataram. 
Klaster Bogor ditemukan pertamakali pada pasien 04 yang menularkan pada pasien berikutnya yang seluruhnya ditemukan di kota Mataram kecuali pasien 30 di kabupaten Lombok Barat. 



Klaster Sukabumi berawal dari pasien 35. Dua pasien berikutnya ditemukan di kota Mataram. Satu di pasien di kota Bima dan satu pasien di kabupaten Sumbawa. 



Klaster Luar Negeri ditemukan pada pasien 08 dan sembuh. Pasien 27 (anak anak) dinyatakan sembuh dan tidak termasuk dalam klaster penularan manapun. 



Klaster Gowa adalah klaster terbesar yang ditemukan pertamakali pada pasien 03. Klaster ini menyebar di hampir semua kabupaten/ kota dengan kasus awal sebanyak 24 kasus dan empat diantaranya adalah Orang Tanpa Gejala.



Sampai dengan 20 April, data penambahan pasien positif per kluster bertambah hanya dari klaster Gowa sebanyak 11 pasien sedangkan data per kabupaten/ kota, kota Mataram ( 28 positif), Lombok Barat ( 9 positif), Lombok Tengah (8 positif), Lombok Timur (30 positif), Lombok Utara (3 positif), Sumbawa Barat (0 positif), kabupaten Sumbawa (8 positif), Dompu (0 positif), kota Bima (2 positif), kabupaten Bima (10 positif). Update harian diperoleh dari rilis media Satgas Covid 19 NTB yang diketuai Sekda NTB.(Mus)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.