Perselingkuhan Suami Karena Kesalahan Isteri

Oleh: St. Nurbayan M.Si


Semua perempuan tidak ada satupun yang terima, apabila disalahkan atas perselingkuhan suami, karena rata-rata perselingkuhan suami adalah penghinaan bagi perempuan, sekaligus secara tidak langsung suami membuka aib rumah tangga mereka karena jenis kelaminya diperlihatkan kepada perempuan lain (pasangan jinanya) padahal jenis kelamin itu milik isteri di Rumah.


Selain itu perselingkuhan seorang laki-laki yang telah berumah tangga adalah jina yang tidak bisa dibersihkan dengan sabun cuci ataupun pembersih noda membandel, atau tidak pula bisa dibersihkan dengan kata maaf sewalaupun dalam agama maaf adalah pembersih yang paling ampuh, karena jina anda hari ini adalah najis haram yang masuk melalui jenis kelamin tercampur dengan darah masuk ke nadi hingga kesum-sum serta seluruh tubuh yang melakukannya menjadi najis yang haram bahkan lebih haram dari memakan daging babi atau daging anjing.


Oleh karena itu Agama islam menghimbau bahwa “barang siapa yang melakukan jina perbuatan harus dirajab sampai mati  bagi yang telah berumah tangga, kemudian yang berjina bagi yang belum menikah akan dirajab kemudian diasingkan”. Inilah kemudian dikatakan bahwa jina atau perselingkuhan tidak bisa dibersihkan dengan sebuah kata maaf, sekalipun dari sisi lain, sebagai penganut agama islam harus saling memaafkan karena Allah akan mengampuni umatnya yang berdosa sebelum maut menjemputnya, tetapi tidak diampuni perjinahan laki-laki yang berstatus suami orang dan begitupun perjinahan perempuan yang berstatus isteri orang, hati-hati…!! karena islam memnerikan perintahnya harus dirajab sampai mati. Lalu bagaiman dengan perselingkuhan suami dijaman sekarang, kenapa isteri disalahkan? Seolah-olah dosa suami ditanggung isteri padahal isteri yang dirugikan.

Gambaran tersebut dapat dianalisa sama-sama, kita melihat sejenak kehidupan para isteri jaman sekarang, rata-rata menganggap bahwa
1.      Perselingkuhan suami adalah hal yang wajar dengan berharap nanti juga sadar, karena kalaupun ditegur tidak ada gunanya, padahal hatinya sakit dan diam-diam mendatangi dukun-dukun untuk menghentikan sikap dan kebiasaan perselingkuhan suaminya yang secara ekonominya terkuras habis untuk membeli rokok, ayam juga beras bahkan madu untuk dipersebahkan kepada dukun tersebut, kemudian dari aspek agamanya adalah syirik besar.
2.      Mengakui bahwa tidak cemburu walaupun perselingkuhan suami terlihat dengan mata kepala sendiri, sekalipun ketika suami telah menghamili perempuan lain, malah yang disalahkan oleh isteri adalah perempuan yang hamil itu dengan ucapan “siapa suruh mengganggu suami orang, sudah tahu suami orang namun ditidurin”, kemudian bagi isteri yang merasa status kenegaraan adalah suaminya yang sah, apalagi pekerjaan suaminya PNS atau semacamnya, maka tetap mempertahankan rumah tangganya dengan suami pejina itu, bukankah senggama yang dilakukan isteri dengan suami yang kemarin  berjina dengan perempuan lain akan berefek negatif terhadap anak, walaupun memang diakui bahwa laki-laki itu adalah suamiyan, tetapi masyaAllah..! dia pejina yang dalam uraian tersebut adalah najis yang tidak pantas menggaulimu. Itulah kemudian yang dikatakan dalam Al-qur’an bahwa sesungguhnya pejina hanya bisa hidup bersama dengan pejina”.
3.      Mengetahui secara pasti bahwa suami selingkuh dan berjina, namun yang dapat dilakukan oleh isteri hanya marah-marah, ngomel-ngomel, berhari-hari dan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun isteri hanya marah dan ngomel, yang tidak memberikan efek perubahan pada suami, namun isteri tidak bosan dengan bersabar untuk mengharapkan ada keajaiban Tuhan yang akan merubah suaminya, sambil diam-diam mengikuti suaminya ketika suami bepergian untuk mengintip supaya ketahui bahwa hari ini suami bersama perempuan mana? Atau terkadang membayar orang untuk mengamatinya, pertanyaanya sampai kapan seperti it uterus wahai para isteri sementara umur semakin tua, ajal menjemput tinggal hitugan hari, sholat atau ibadah jarang dilakukan dengan khusyu, karena hati dan pikiran telah tercampur marah dan khawatir, badan juga tidak sehat karena dipenuhi pikiran yang membuat diri tidak tenang, katika suami meminta dilayani, maka tetap melayani namun tanpa rasa, seolah-olah suami menggauli mayat tanpa apa-apa.


Perlu dipahami bahwa ketika isteri masih mengharapkan suaminya, maka komitmenlah untuk mengajak suami untuk benar-benar meninggalkan perselingkuhan yang menyebabkan perjinahan, sebab pejina adalah najis yang haram untum menggaulimu, kemudian apabila kebiasan suami dalam perselingkuhan tidak juga insaf, maka demi Agama Islam, cerai itu dihalalkan. Sebab tujuan hidup berkeluarga adalah menjalankan sunah Rasul, kemudian dapat terhindar dari pada perjinahan, lalu ternyata dalam keluarga tetap ada perjinahan, lebih baik keluarga tersebut dihancurkan.(*)


Penulis Adalah Dosen Pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.