Hebat.. Dari Sampah, Pasangan ini Hasilkan Miliaran Rupiah
Bima,
Media NTB - Jumpa Bang Zul-Ummi Rohmi pagi ini terasa
berbeda. Suasananya begitu meriah. Bahkan sebelum Gubernur Bang Zul dan Wagub
Ummi Rohmi tiba di lokasi, Halaman Kantor Gubernur NTB sudah dipadati oleh
ratusan masyarakat NTB.
Rata-rata masyarakat yang
hadir pagi itu berpakaian olah raga. Tidak ketinggalan, puluhan pelajar
setingakat SMA juga hadir dengan penuh semangat, juga dengan berpakaian olah
raga.
Sebelum Bang Zul dan Ummi Rohmi
hadir, masyarakat mengisi waktunya dengan jalan-jalan di sekitar Kantor
Gubernur. Dan yang tidak pernah ketinggalan adalah berfoto-foto di sekitar
halaman yang sering disebut Lapangan Bumi Gora itu. Begitupun juga ketika Bang
Zul dan Ummi Rohmi tiba di lokasi kegiatan. Masyarakat berebut salaman dan
lagi-lagi mengajak Bang Zul dan Ummi Rohmi untuk foto bersama.
Ada hal menarik yang muncul
pada acara itu. Yaitu ketika Bang Zul menanyakan cita-cita para pelajar yang
hadir.
“Siapa yang bercita-cita
menjadi dokter, angkat tangan,” Tanya Bang Zul. Sebagian besar pelajar
mengangkat tangan dengan penuh semangat. “Ada yang mau jadi insinyur nggak, ada
yang mau jadi desainer, ada yang mau jadi polisi hutan?” lagi Bang Zul
bertanya. Serempak pelajar menjawab, “Adaaa,” sambil mereka mengangkat tangat.
Namun, ketika Bang Zul
bertanya, “Ada yang mau jadi pengumpul sampah nggak,” Hampir semua yang hadir
tidak ada yang angkat tangan. Semuanya diam, bahkan ada yang sudah angkat
tangan, lalu dengan cepat-cepat ditarik dan terus sembunyi.
Namun, Gubrenur meyakinkan
para pelajar dan masyarakat yang hadir bahwa pengumpul sampah yang Ia maksud
adalah yang berpenghasilan miliaran rupiah. “Jangan melihat pengumpul sampah
itu seperti nggak ada uangnya,” ungkap Bang Zul.
Untuk lebih meyakinkan
masyarakat yang hadir, Gubernur kemudian mengundang dua pemuda yang
berpenghasilan miliaran rupiah dari hasil mereka mengumpul sampah. Kedua pemuda
itupun hadir dan berdiri di hadapan Bang Zul dan Ummi Rohmi, para pejabat dan
masyarakat yang hadir. Semua mata tertuju kepada dua pemuda NTB itu.
“Ini istri saya, Febrianti,
lahir di Bulan Februari dan saya Syawaluddin, lahir di Bulan syawal, dan
bertemunya di sampah,” jelas Syawal ketika memperkenalkan diri di hadapan
ratusan masyarakat saat Jumpa Bang Zul pagi ini, di Lapangan Kantor Gubernur
NTB. Tepuk tangan masyarakatpun menyambut pasangan suami istri ini.
“Ketika saya pertama
menikah, saya bilang sama istri saya, dek izinkan saya mencari sesuap nasi dan
segenggam berlian dari tumpukan sampah,” ceritanya ketika awal-awal berkenalan
dengan sampah. Masyarakatpun kembali bertepuk tangan.
Ia kemudian bercerita
bagaimana mengumpul sampah itu sebagai profesi yang menjanjikan. Termasuk ia
mampu membiayai kuliahnya dari sampah yang ia kumpul dan jual. Profesi itu
terus ia geluti hingga saat ini. Bahkan sekarang, ia bersama istrinya telah
berhasil mendirikan 50 Bank Sampah
dengan 7000 nasabah, dengan penghasilan miliaran rupiah perbulan.
“Syawal, apa itu Bang
Sampah?” Tanya Gubernur Bang Zul kepada Syawal.
Pria kelahiran Tanah Auk,
Kabupaten Lombok Tengah itu kemudian menjawab, Bank Sampah itu adalah semacam
tempat seperti Bank, dimana masyarakat bisa menukarkan sampah yang sudah
dipilah dengan uang. Masyarajakat cukup mengumpulkan sampah, kemudian memilah,
membawanya ke bank sampah dan menukarkannya dengan uang.
“Perkara sampah itu tidak
ada. Yang ada adalah sumber daya yang kita buang. Kita olah saja dengan sedikit
usaha, kita bisa memperoleh rupiah, kita kumpulkan lalu kita jual,” Jelasnya.
Tidak hanya itu, bagi masyarakat yang sudah mendirikan bank sampah di tingkat
desa, kecamatan atau kabupaten yang berhasil mengumpulkan sampah dua ton
perbulan, dapat mengajukan pinjaman modal ke Bank Sampah pusat senilai 10 juta.
“Mendirikan Bank Sampah
modalnya cuman dua, bapak masih punya napas dan kemauan,” jelasnya ketika
setiap hari ada masyarakat yang bertanya tentang modal untuk mendirikan bang
sampah.
Ada tips yang ia berikan
kepada masyarakat. “Bagi saya usaha itu ada tiga hal, pertama ketersediaan
bahan baku, kedua ketersediaan pasar dan yang ketiga adalah kemampuan kita
untuk memproses,” Jelasnya.
Ketiga hal itu, untuk urusan
sampah, masih terbuka lebar peluang. Bahkan katanya, bahan baku sampah yang ada
di masyarakat sangat banyak. Hanya saja masyarakat masih belum sadar untuk
mengumpulkan dan kemudian menjualnya. Saat ini katanya banyak industri yang
berebutan untuk bahan baku sampah ini untuk diolah kembali.
“Tiga hal inilah yang
membuat saya dan istri saya sampai sekarang, tidak meninggalkan usaha ini. Kami
sering disebut pasangan sampah, tapi tidak apa-apa, yang penting ada uangnya,”
Ungkap Syawal mengakhiri cerita inspiratifnya. Tepuk tanganpun menyambut meriah
cerita Syawal dan istrinya itu.
Bagaimana masyarakat NTB??
Tertarik dengan usaha itu?? Di samping mendapat uang, kita kita bisa menjaga
lingkungan kita agar tetap bersih dan sehat.(M)
Post a Comment