Gerakan Literasi Terbit Ajak Netizen Dukung Hasil Pemilu Yang Konstitusional dan Perangi Hoax Untuk Berlanjutnya Kepemimpinan Nasional
Jakarta,
Media NTB - Sebagai wujud kepedulian terhadap
perkembangan politik nasional pasca pelaksanaan Pemilu 2019, Komunitas Gerakan
Literasi Terbit (GESIT) menggelar diskusi bagi Warganet di Ballrom Hotel Mega
Menteng, Jalan RP Soeroso No 28, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2019).
Mungusung tajuk "Pemilu
Sudah Selesai, Saatnya Bersatu Dukung Hasil Pemilu Demi Berlanjutnya
Kepemimpinan Nasional dan Suksesnya Pembangunan Indonesia" kegiatan ini
diikuti oleh sejumlah kalangan jurnalis, aktivis pers kampus serta Netizen
seperti bloger, vloger, youtuber, serta content creator lainnya.
Koordinator GESIT Jakarta
yang juga sebagai narasumber Agus Hudori, mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai
reaksi atas tersebarnya beragam berita hoaks di media sosial pasca Pemilu 2019
pada Rabu (17/4/2019).
Berita hoaks yang disebar
secara masif tersebut, menurutnya, banyak mengandung konten negatif terkait
proses perhitungan suara maupun hasil Wuick Count yang dianggap memiliki banyak
kejanggalan oleh para tokoh dan pendukung salah satu paslon.
"Meskipun KPU sudah
menghimbau untuk menunggu hasil resmi penghitungan KPU dan KPU serta Bawaslu
sudah mengerahkan segala daya dan upaya untuk melakukan pekerjaannya secara
profesional, namun para penyebar berita hoaks tersebut selalu punya cara untuk
mendelegitimasi wewenang dan tanggung jawab kedua lembaga tersebut," ujar
Agus Hudori saat ditemui usai acara, Rabu (24/4/2019).
Oleh karena itu, sebagai
pengguna media sosial yang aktif, generasi muda dan warganet diharapkan menjadi
penyaring utama dalam upaya meredam penyebaran berita hoaks dan tetap berpegang
pada landasan konstitusional serta lembaga yang memiliki kewenangsn secara
legitimate.
Generasi muda dan para
warganet juga harus mampu mengajak masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh
konten negatif dan berita hoaks yang disebarkan melalui media sosial.
Senada dengan Agus, Hafyz
Marshal Pimpinan Redaksi KataIndonesia.com, meminta kepada pihak-pihak yang
turut berkompetisi di Pemilu dan Pilpres 2019, bisa legowo dengan hasil real
count di KPU yang akan ditetapkan pada bulan Mei mendatang.
“Saya harap melalui kegiatan
diskusi ini, para generasi milenial, khususnya warganet yang terhimpun pada
GESIT dan FPMSI serta komunitas-komunitas lainnya agar mampu menjaga
kondusifitas selama proses perhitungan suara, baik di lini media publik maupun
di masyaratat sampai dengan keluarnya hasil resmi penetapan perhitungan suara
dari KPU nanti. Selain itu para peserta pemilu 2019 juga, harus siap menang dan
siap kalah menghadapi kenyataan dalam rangka menghadirkan sebuah kompetisi yang
sehat di Indonesia, dan tidak menebar nsrasi narasi yang provokatif yang
membahayakan persatuan bsngsa” ucap Hafyz.
Hal senada juga disebutkan
oleh Founder Kompasiana Pepi Nugraha, pada.kegiatan diskusi tersebut.
Menurutnya, perkembangan
penyebaran berita hoaks pasca Pemilu 2019, sangat memprihatinkan bahkan
cenderung mengerikan. Hal ini terkolerasi dengan narasi - narasi pra
pencoblosan saat kampanye.
Perang narasi yang dilakukan
oleh penyebar hoaks, kata Pepi, sudah tidak bisa lagi dipahami oleh nalar
manusia pada umumnya.
Sehingga berbagai upaya
kejahatan terus dilakukan hanya demi menguntungkan salah satu pihak calon
peserta pemilu 2019.
"Berita hoax yang
menyebar di media sosial pasca pencoblosan suara, memiliki narasi yang lebih
mengerikan dibandingkan pra pencoblosan suara. Maka, Bangsa Indonesia saat ini
sedang dipaksa untuk berpikir diluar nalar manusia pada umumnya, melalui
berbagai klaim hasil perhitungan suara, meskipun belum diputuskan secara resmi oleh
penyelenggara pemilihan umum, harusnya semua pihak tetap menga situasi dan
berpegang dengan hasil resmi nantinya, bukan malah memprovokasi dan mengklaim
menang diluar nalar , karena sedungguhnya hasil Quick Count yang dilakukan
lembaga kembaga survry krideble dspat dipertanggungbjawabkan karena menggunakan
rumus ilmiah yang teruji " ujar Pepih pada diskusi Rabu (24/4/2019) di
Jakarta.
“Jadi kalau ada pihak yang
tidak setuju dengan metode penghitungan berdasarkan ilmu matematika, maka harus
membuktikan dengan metode yang lebih baik dan bersedia untuk di uji. Jadi Kalo
ada orang yang lebih senang menyebarkan berita hoaks tentang perhitungan suara
di KPU, ketimbang menyampaikan fakta berdasarkan metode perhitungan yang dapat
fiuji dan di pertanggungjawabkan , maka nalar orang tersebut patut
dipertanyakan”, katanya.
Dalam acara Diskusi tersebut
juga dilakukan pembacaan dan penandatanganan Deklarasi Gerakan Literasi Terbit
" Merajut Persatuan Dan Dukung Hasil Pemilu Secara Konstitusional Tanpa
Hoax Demi Berlanjutnya Kepemimpinan Nasional dan Suksesnya Pembangunan Indonesia".(M)
Post a Comment