NTB Petakan Komoditi yang Siap diIndustrialisasi
Mataram,
Media NTB - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat kini
sedang melakukan pemetaan (mapping) terhadap berbagai komoditi yang segera
memasuki tahapan industrialisasi (peningkatan nilai tambah).
Kepala Dinas Perindustrian
NTB, Andi Pramaria melalui Diskusi Whatsapp group OPD NTB Gemilang (Jumat pagi,
21/6-2019) melaporkan kepada Gubernur Doktor Zul bahwa dari hasil mapping yang
dilakukannnya selama ini , sudah ada beberapa produk primer yang teridentifikasi
kesiapannya untuk diindustrialisasi. Diantaranya adalah jagung dengan potensi
produksi 2,3 juta ton/tahun dan untuk konsumsi hanya 500.000 ton. Kemudian
garam rakyat dengan produksi 280.000 ton/tahun dan konsumsi 27 ton. Sedangkan
untuk sapi, menurut Andi, saat ini sedang dibahas dengan LIPI, khususnya
terkait produksi sperma.
Demikian juga halnya
penyiapan permesinan mendukung industri hulu, utamanya alat pertanian,
penyiapan mesin pengolah industri hilir lainnya, kini terus berproses. Sementara
untuk produk smelter, menurutnya masih menunggu kelanjutan tim smelter dan
fasilitasi KI dalam RTRW. Sedangkan pengolahan daging sapi, masih dibahas
secara teknis mengenai rencana operasionalisasi RPH banyumulek dengan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, terang Andi.
Laporan Pak Andi Pramaria
tersebut sesungguhnya berkaitan dengan arahan Gubernur NTB, Dr.H.
Zulkieflimansyah pada forum diskusi via WA itu, setelah sebelumnya sempat
membaca di media hearing, dimana Kepala Dinas Perdagangan NTB, Hj. Putu Selly
membahas masuknya Daging beku. "Saya kira ini menarik sebagai awal kita
memulai bahwa daging produksi NTB sangat mungkin dibekukan dengan alat dan
teknologi yang pas", ungkap Gubernur Doktor Zul sapaan akrabnya. Kedepan
daging beku ini harus berasal dari daging daerah kita sendiri. Inilah awal dari
industrialisasi kita, tegasnya. "Ayo coba direalisasikan ini bu kadis
peternakan dan bu kadis perdagangan", pintanya seraya menegaskan bahwa
menghadirkan selain daging segar import juga daging daerah kita juga mulai bisa
dibekukan agar tahan lama.
Pada diskusi jumat pagi itu,
Gubernur Doktor Zul kembali menyinggung hasil diskusi pada 'kuliah umum' dan
acara diskusi penyusunan Road Map industrialisasi beberapa waktu yang lalu,
bahwa Industrialisasi sesungguhnya adalah proses penambahan nilai produk-produk
unggulan NTB secara terencana. PIJAR (sapi, jagung dan rumput laut) misalnya.
Menurut Bang Zul merupakan program yang sudah sangat bagus, tetapi untuk
melanjutkannya bukan sekedar jual Sapi, Jagung dan Rumput laut saja. Namun
tahapan selanjutnya mulai mengarah kepada langkah mengolah sapi, jagung dan
rumput laut tersebut menjadi produk-produk olahan yang kompetitif. Sehingga
teridentifikasi bahwa produk-produk tersebut setiap tahun berubah dan terukur
peningkatan nilai tambahnya.
Gubernur menegaskan,
"NTB nggak akan maju kalau setiap tahun kita jual jagung, kopi, garam dan
madu saja. Sekarang okelah kita punya jagung, kopi, garam dan madu. Tapi tahun
depan sudah harus jagung, kopi, madu dan garam yang diolah", tegasnya.
Tahun depan mestinya kita
sudah harus memiliki produk-produk unggulan seperti Mesin-mesin pengolah hasil
perikanan, mesin pengolah hasil pertanian, mesin pengolah hasil hutan,
perkebunan dan lainnya, ujar Gubernur.
Doktor Zul mengajak seluruh
jajaran berpikir inovatif dan agak detail. "Saya nggak mau dengar lagi,
kita mau memproduksi semata jagung, kopi, madu dan garam. Bikin list 10 atau 15
produk- produk di sektor pertanian dan pertambangan, termasuk dengan akan
hadinya smelter, akan banyak yang bisa dilakukan. Bahkan di SIKIM UTS sudah
akan ada pengolahan rumput laut dan daging", ujarnya.
Kepala Dinas Peternakan dan
Kesehatan hewan, Hj. Budi Septiani menyampaikan bahwa industrialisasi bidang
peternakan dinilainya paling berpeluang dilakukan segera. Karena menurutnya,
bahan baku tersedia, ditambah dukungan sarana prasarana juga sudah tersedia.
Seperti RPH yang berstandar nasional. Dipulau Lombok, ada RPH Banyumulek.
Sedangkan RPH yang ada di Kota Bima dan Pototanu di KSB serta Sumbawa, nantinya
bisa ditingkatkan untuk memenuhi standar yang ditentukan. Hal ini juga salah
satu strategi memotong rantai distribusi yang mengakibatkan harga daging sangat
tinggi. Ia juga mengungkapkan hasil Focus Group Discussion (FGD), pihaknya
bersama kadis perindustrian dan pak Ihwan dari STIP juga perwakilan bappeda di
LIPI, terdapat 5 produk olahan daging, dan 2 produk diantaranya yang sudah siap
izin edarnya.
Diakhir diskusi, Penjabat
Sekda NTB, Ir.H.Iswandi, M.Si menyarankan kepada Kepala Bappeda agar fokus
terlebih dulu pada mapping produknya dari semua perangkat daerah yang telah
memiliki proses pengolahan / pasca panen. Sebagai contoh dari dinas lingkungan
hidup dan kehutanan ternyata sudah memiliki proses industrialisasi beberapa
produk. Seperti minyak kayu putih dll. "Nanti saya akan mengundang semua
Kepala Perangkat Daerah terkait untuk menghimpun produk-produk olahan yang
sudah eksis", pungkasnya.(NM)
Post a Comment