Antara Jasa Kebaikan, Kezoliman dan Kerakusan


Oleh : M. Yakub, S.Sy, M.E.


Dampak Corona Virus Deseas 2019 (Covid 19), saya membaca dan mengkaji alur gerakan Pemerintah di Bumi Gora NTB. Pemerintah lupa terhadap person yang sangat berjasa dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Pendidikan, yakni Guru Honorer.

Perlu diketahui, mereka (red. Guru Honorer) hanya mempunyai pekerjaan disitu dan merasakan langsung dampaknya, mereka bertani seadanya. Di pertanian, saat panen mereka dikecewakan karena harga daya jual hasil panen (jagung, atau padi) menurun drastis.

Ketika Guru Honorer dirumahkan, sayang sekali jika gajinya yang hanya 300-500 rb selama satu kali 6 bulan akhirnya kini sudah tak ada lagi, gara-gara mereka tidak masuk mengajar, disaat kondisi seperti ini adakah yang mau memperbaiki nasib pejuang tanpa tanda jasa ini saat dirumahkan,!? Tunjangan yang diharapkan hanya tinggal harapan yang sampe saat ini tak ada kabar, kenapa harus ada kerakusan dan keserakahan kalau hanya membuat manusia lupa dengan kabikan manusia lainya.

Pesangon di dalam kantongnya saja nihil, lalu apa solusi Pemerintah terhadap keberadaan Guru Honorer ini,? jangan sekali kali menutup mata dengan hal ini lihatlah mereka betapa na'ib nasip seorang pejuang pendidikan yang tidak mengenal lelah akhirnya terlupakan.

Disektor lain, menanti para sahabat dan saudara kita di bidang Swasta, entah itu bidang Pariwisata,  Perhotelan dan lainnya yang bergerak untuk membangun perekonomian di Bumi Gora NTB. Sayang sekali, tidak ada perhatian sama sekali dari Pemerintah, semestinya Pemerintah sampai detik ini sudah memberikan solusi lebih awal sebelum meluncurkan Surat Edaran kepada instansi terkait, baik di dunia Pendidikan, Pariwisata, dan Pekerja Swasta lainnya.

Pemerintah baik Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota paling tidak memberikan bantuan berupa Bantuan Sosial (Bansos) atau apapun itu jenisnya, biar mereka juga merasa disayangi dan diperhatikan oleh Pemerintah, karena saat ini semua dari diri kita merasakan dahsyatnya dampak Covid 19.

Kita tentu tidak terus berharap kepada Bantuan Sosial (Bansos). Ambil saja sampel, dari beberapa Desa yang pernah diteliti, banyak yang ricuh gara-gara Bansos, tentu kita tidak mengharapkan seorang yang berjasa dalam pembangunan SDM dan pembangunan ekonomi di NTB ricuh.

Selain itu, Bantuan dari Desa (BLT DD) juga jauh dari kata maksimal, masker saja masyarakat masih ada yang belum mendapatkannya, ember yang disediakan untuk mencuci tangan beserta sabun sudah berakhir dan hanya berjalan satu Minggu.

Keadaan yang sangat lucu, Saat ini ember yang diperuntukkan untuk mencuci tangan sudah kering, kosong tidak terisi, Handsanitazer dan sabun tidak ada, artinya semua kegiatan dan penanganan yang sudah dilakukan sia sia hanya saja yang ada menghabiskan dana untuk dipergunakan ke hal hal yg tak ada artinya toh juga berguna hanya satu Minggu saja sedangkan dana dihabiskan cukup besar.

Sekarang, mari kita bersama cek fakta di lapangan, silahkan Pemerintah turun untuk mengecek ke masyarakat, biar Pemerintah tidak terkesan saling lempar bola, sangat lucu dan miris sekali saya lihat keadaan di negeri ini.(**)


Penulis adalah Akademisi sekaligus Ketua Lembaga Kajian Pemuda Rakyat (KAPER) NTB.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.